Wednesday 30 December 2015

PERTAMA DI AKHIR TAHUN 2015

Masya Allah... jadi kayak gini kota-kota wisata kalau lagi musim liburan. Selama kuliah, meskipun saya suka main, belum pernah saya merasakan hingar bingar jalan raya dan tempat wisata segila ini. Ramainya pakai banget. Super sekali. Yup, coz memang saya nggak suka main ke tempat-tempat yang ramai atau pas lokasinya banyak pengunjung, kecuali ada tugas negara. Hari itu, karena harus menjadi pengantar rombongan keluarga, jadilah saya ikut stres di jalan, tapi ada juga nih beberapa kejadian asik yang akhirnya saya alami dan lakukan untuk pertama kalinya selama lima tahun lebih di Jogja. Ini dia..

Hotel Rasa Pengungsian
Kami berenam dan tidur di satu kamar hotel dengan dua kasur kecil. Bisa langsung ditebak kan. Yup, yang nggak kebagian tempat harus lesehan, tidur di bawah beralaskan karpet plus bed cover. Hehe. Jadi rasa pengungsian yang dimaksud bukan karena hotelnya nggak nyaman tapi sebab kami memilih ngumpul di satu ruangan berenam. Per tanggal 23 Desember rata-rata tarif hotel naik and fully booked. Menurut cerita Bapak sopir taksi yang kami tumpangi, kenaikan tarif bisa mencapai lebih dari dua ratus persen. Edaaan. Inilah saatnya meraup pendapatan sebanyak-banyaknya. Ganti dari hari-hari biasa yang tidak selalu ramai pengunjung. Alhamdulillah, kami dapat hotel dengan harga cukup terjangkau. 

Kresek Warna-Warni
Ini pertama kalinya saya mengunjungi sekaten alias pasar malamnya Jogja. Kami berangkat naik trans Jogja. Pengalaman pertama bagi adik-adik sepupuku. Penuh, excited, pusing, dan hujan. Sampai di halte depan Benteng Vredeburg hujan masih deras mengguyur. Aduh, ini tantangan pertama saya. Nggak gampang bawa rombongan. Harus belajar mengambil keputusan di situasi tak terduga demi kebaikan bersama. Thank God, My Mom was there with us. Mamam memanggil penjual jas hujan ala tukang becak yang bahannya plastik. 5000 rupiah saja per bijinya. Sebelumnya sudah banyak yang pakai di sepanjang Jalan Malioboro. Kayaknya asik. Kami memutuskan hujan-hujan menuju alun-alun. Malioboro pun banjir kresek warna-warni.



Sewa Mobil atau Taksi
Tujuan utama adik-adikku adalah mengunjungi Borobudur. Malam hari sambil ngantuk-ngantuk kami bingung mau naik apa ke lokasi. Awalnya mau coba naik kendaraan umum, tapi mengingat keadaan jalan yang tak menentu (ramene puoool) dan belum pernah naik bus kesana, maka untuk menghindari resiko berantem karena panas dan macet di jalan akhirnya kami telpon penyewaan mobil. Deal! 575 ribu rupiah/12 jam. Bonusnya, dapat kenalan sopir asik. Kalau naik taksi tarif borongan antara 60-80 ribu rupiah bisa nambah lagi tergantung tujuan. Kalau memang niat mengunjungi banyak tempat sebaiknya memang bawa kendaraan sendiri atau sewa mobil untuk rombongan. Di waktu liburan seperti ini taksi sulit didapatkan dan destinasi wisata yang asyik biasanya sulit dijangkau dengan kendaraan umum. Kecuali bagi yang pergi sendirian dan udah niat berpetualang cari tumpangan J.

Selalu Asik Main ke Museum
Ini destinasi favorit saya. Kalau mau tahu sejarah dan peninggalan kerajaan Mataram Islam berkunjunglah ke tempat ini. Adem, artistik, banyak kupu-kupu. Dialah Museum Ullen Sentalu. Saya suka. Saya suka. Saya suka. Hampir saja batal masuk padahal sudah beli karcis gara-gara harus antri untuk masuk ke dalam. Tapi berkat ijin Tuhan Yang Maha Esa akhirnya saya bisa melihat koleksi dari empat kerajaan pecahan Mataram Islam. Jadi, sebelum masuk kita harus beli tiket, lalu mendaftarkan jumlah orang dalam rombongan. Masuknya bergantian per kelompok kecil yang jumlahnya ditentukan petugas di pendaftaran. Kenapa? Sebab untuk memudahkan petugas yang akan memandu dan menjelaskan detail koleksi yang ada. Di dalam kami dilarang mengambil foto di area koleksi. Sebelum area terakhir kami pun diberi sajian minuman atau wedang rempah hangat. Keren lah pokoknya. Yang suka atau sedang belajar sejarah sangat dianjurkan mengunjungi tempat ini. Yang mau ngajak saya ke sini lagi juga boleh, tapi traktir ya. J Biaya masuk anak-anak 15K dan dewasa 30K.


P.S. : Happy Holiday, tapi brothers and sisters inget ya, No Party!

Wednesday 16 December 2015

ME AND MEDIA

ü Facebook terbuka untuk umum sejak tahun 2006. Saya punya akun tahun 2009 akhir, masih aktif tapi jarang dimanfaatkan.
ü Blog mulai ramai di Indonesia tahun 2000-an. Saya punya akun wordpress (2009) yang sudah tidak pernah ditengok, blogspot yang masih merintis eksistensi sejak terbit pertama tahun 2010, dan sentuhan pertama saya dengan tumblr terjadi pada bulan dua belas tahun dua ribu lima belas.
ü Twitter resmi dibuka tahun 2006. Saya baru punya akun tahun 2014. Status sekarang?

Tweet: 111
Follower: 25
Following: 97

Berdasarkan data di atas dapat dikatakan bahwa saya termasuk makhluk Tuhan yang awam soal media, terutama media sosial. Junior. Orang baru. Tetapi di sisi lain saya juga dapat dikategorikan sebagai Homo sapiens yang tidak terlalu ketinggalan teknologi dan informasi (maksa banget ya J). Buktinya, meskipun saya sedang tidak tertarik dengan facebook, saya masih sering membagi tulisan-tulisan hasil berantem ide dengan diri saya sendiri di blog ini. Selain itu saya juga semakin sering membuka twitter, follow, unfollow, dan melakukan aktivitas cicit cuit ala si burung biru.
Arus informasi jaman sekarang sangat cepat. Menyadari hal itu saya merasa perlu untuk mengetahui media-media yang banyak digunakan orang (nggak ada kata terlambat buat belajar kan?hehe). Saya, yang dulu waktu SMP mengirim email saja tidak bisa, memulai sebuah hubungan dengan dunia yang lebih luas melalui jaringan tak kasat mata di dunia maya. Perlahan mencoba menjadi penikmat lalu belajar menjadi pelaku.
Sisi baik dari mengikuti perkembangan media adalah tentu saya jadi tidak ketinggalan informasi terkini, memiliki wadah untuk mengekspresikan diri, dan berkesempatan menikmati karya orang-orang super kreatif di luar sana yang terpisah jarak. Contohnya, akhir-akhir ini saya berkenalan dengan tumblr setelah ikut sesi seminar bareng Kurniawan Gunadi. Dari gabung tumblr saya jadi kenal podcast-nya Iqbal Hariadi, kitabisa.com, dan ada ya istilah vlog alias video blog (hahaha, katrok abiz ya gueeeh). Alasan-alasan itu yang membuat saya semakin sering buka timeline dan belajar berbicara lewat media-media itu.
Ada sisi baik, maka ada sisi buruk. Seperti yang dikatakan Agung Adiprasetyo di pengantar buku Citizen Journalism karya Pepih Nugraha, jaman sekarang manusia cenderung ingin dilihat, didengar, dan dianggap oleh orang lain. Efeknya, jadi semacam candu untuk melihat respon orang terhadap tulisan atau ocehan kita yang di publish di media sosial atau blog. Akhir-akhir ini saya juga merasakan candu itu. Bahaya? Mungkin. Tetapi bukankah teknologi memang seperti dua sisi mata pisau? Jika tahu cara memanfaatkannya maka ia bisa menjadi sarana menebarkan virus kebaikan bahkan nggak menutup jalan ke arah bisnis, tetapi kalau jadinya terlena candu yang ­self-centered jadinya hanya akan menghabiskan waktu sia-sia.

So, mari terus belajar media dan memetik manfaatnya.

Tuesday 8 December 2015

POWER RANGER WANNA BE

If changing was easy, we wouldn’t be human.
-Dialog film ‘Plan Man’-

Hari masih pagi. Kami diajak ke pinggir pantai. Setelah sebuah ritual yang terkomando dengan rapi selesai, kami harus melakukan satu hal yang rata-rata dari kami di sana belum pernah melakukannya. Kami pun menghadap ke laut lepas. Cengingisan sebentar, pertanda sepakat bahwa ada rasa malu dan ingin mencoba yang campur aduk, lalu masing-masing mengambil posisi paling nyaman. Satu, dua, tujuh. Menunggu angin dan ombak yang tepat lalu satu persatu mulai berteriak lantang. Mengucap apa saja diperbolehkan kecuali mengumpat. Hingga sampailah pada giliran ke delapan. Dengan lantang, so hearted out, gadis itu berteriak...

“Power Ranger! Berubah!”

Setelah mengingat-ingat kejadian bertahun lalu itu, yang mungkin sebagian dari kami menertawakan, saya baru menyadari bahwa pola perubahan Power Ranger dan superhero-superhero buatan barat lainnya sesungguhnya menyimpan pelajaran yang sangat penting dan teriakan itu bisa jadi sangat berarti baginya.

Mengapa superhero harus berganti kostum warna-warni dan mengubah dirinya dari manusia biasa menjadi makhluk super?

Kawan lama saya itu tanpa sengaja mengajarkan bahwa menjadi pahlawan yang menolong orang banyak adalah sebuah awal perubahan bagi diri seseorang. Keinginan membantu sesama dapat memicu seseorang untuk mengubah diri menjadi pribadi yang lebih dari biasanya. Kita tidak akan bisa menjadi manfaat bagi orang lain jika kita sendiri tidak mau berubah ke diri yang lebih baik, memiliki kompetensi, dan kuat dari sebelumnya. 

#mengingat dan belajar kembali


Monday 7 December 2015

GELISAH DAN SIBUK

Catatan Bengkel Journalist Event 2015 (2)

Puncak acara BEJO Event 2015 yang diadakan Keluarga Muslim Fakultas MIPA UGM adalah seminar nasional yang menghadirkan Asma Nadia, Kurniawan Gunadi, Fajar Dwi Putra, Edcoustic, dan Orkes Keroncong Pelipur Lara. Agenda akhir tahun yang dipandu oleh MC yang kocak dan  pertemuan dengan guru-guru yang luar biasa.

Tunggu dulu, mengapa judul tulisan ini “Gelisah dan Sibuk”?
Sebab setelah proses mencerna dan menyimpulkan isi perbincangan dengan para penulis tersebut, saya bisa mengatakan kalau semua tulisan berawal dari kegelisahan. Kurniawan Gunadi yang menuliskan kegelisahannya saat masih kuliah, Fajar Dwi Putra yang gelisah melihat fenomena sosial yang terjadi di masyarakat, serta Asma Nadia yang banyak menulis tentang pengalaman hidup orang lain agar menjadi pelajaran bagi kita.
Siapapun yang menulis pastilah memiliki suatu masalah, atau keresahan, dan pertanyaan yang ingin dijawab sehingga lahirlah sebuah karya yang bisa jadi adalah jawaban bagi penulis sendiri atau justru membantu orang lain belajar lebih banyak hal. Luar biasa.
Bicara tentang gelisah, Egi Edcoustic dan Asma Nadia juga sempat menyampaikan keprihatinannya terhadap pembajakan karya. Dia mengingatkan kita semua untuk lebih menghargai, mengapresiasi, dan mendukung karya-karya positif dengan tidak lagi menikmati musik atau film bajakan (ada yang senyum-senyum sendiri waktu nulis ini J).

Lalu bagaimana dengan sibuk?
Kurniawan Gunadi, penulis yang aktif di tumblr ini telah menghasilkan dua karya yaitu Hujan Matahari dan Lautan Langit (definitely akan saya baca setelah ini J) tidak suka dibilang sibuk sebab menurutnya sibuk adalah kata untuk orang yang tidak bisa mengatur waktu. (Tuh, catet ya... )
Asma Nadia juga menyampaikan tentang tips bagaimana kita bisa menggali kreativitas. Salah satu caranya adalah dengan tetap aktif dalam berbagai organisasi kebaikan dan melakukan kegiatan-kegiatan bermanfaat. Dengan kata lain, tetap mengasah otak dan pemikiran dengan kesibukan yang positif. Beliau berpesan bahwa hidup itu tidak hanya untuk diri sendiri dan keluarga. Setelah berhasil mengurus diri sendiri dan keluarga kita diharapkan juga bisa mengajak orang lain menuju kesuksesan.

Oke, sekarang bagaimana tentang kepenulisan?
Kurniawan Gunadi:
1.    Saya menulis untuk mendengarkan diri saya sendiri. Kalau menulis karena uang maka isi tulisan akan penuh dengan intrik. (Menulis itu harus jujur, red).
2.    Tantangan awal yang harus dihadapi dalam pilihan pekerjaan yang tidak populer yaitu menulis adalah restu orang tua, menghindar dari orientasi uang, dan menjelaskan pada orang lain tentang pekerjaan tersebut. Mas Gun mengingatkan bahwa restu orang tua itu penting sebab akan memberikan kemudahan-kemudahan di kemudian hari seperti yang dalaminya. Untuk menjelaskan ke orang tua haruslah dengan cara yang baik dan kita bisa membuktikan bahwa kita mampu menjalani pilihan kita.
3.    Tulisan adalah rekaman jejak pikiran kita sendiri.
4.  Untuk mengatasi ide yang buntu, maka perbanyaklah mencari referensi dengan membaca, bertemu banyak orang, dan perbanyak diskusi.
5.    Perbanyak teman dan perluas jaringan akan mempermudah proses lahirnya karya tulis kita.
Fajar Dwi Putra
1.   Orang yang kreatif memulai dengan berpikir secara divergen, yaitu memiliki kemampuan untuk menjawab satu pertanyaan dari berbagai sudut pandang.
2.    Selain itu juga belajar berpikir spasial, yaitu bisa melihat masa lalu, sekarang, dan esok.
3.  Tema yang dipilih bukan yang baik tetapi yang menarik bagi pembaca. Unsur subyektivitas dalam tulisan memang tidak bisa dihilangkan tetapi dalam mempresentasikan ide sebisa mungkin harus obyektif.
4.    Janganlah simpan naskah terlalu lama. Hal ini berhubungan dengan penyakit akut para penulis yang harus dibasmi yaitu malas.
5.  Penyakit berbahaya lain yang harus dihindari adalah maladaptif atau memiliki banyak ide sehingga tulisan tidak pernah bisa selesai sebab melompat dari ide satu ke ide yang lain.
6.  Perbanyak komunitas dan membangun jaringan untuk melihat kondisi sekitar dan bisa jadi tempat untuk “berantem” ide.
Bagaimana kawan, sudah mulai merasakan kegelisahan dan ingin segera menulis? Menulis adalah salah satu sarana kita untuk belajar menjadi kritis dan melihat suatu masalah dari berbagai sudut pandang. So, selamat berkarya dan jangan lupa untuk banyak-banyak membaca.
Terima kasih juga untuk penampilan Pelipur Lara yang membuat lagu Bengawan Solo jadi asik untuk didengar (mungkin karena yang main sama-sama anak muda J).

Sunday 6 December 2015

MENULIS ITU MEMANCING ILMU

Catatan Bengkel Journalist Event 2015 (1)

Bengkel Journalist Event (BEJO Event) adalah salah satu agenda tahunan yang dilaksanakan oleh Keluarga Muslim Fakultas MIPA UGM. Tahun ini BEJO Event berlangsung pada tanggal 4-6 Desember 2015. Acara yang diselenggarakan bersamaan dengan bazar di area auditorium Fakultas Kedokteran ini resmi dibuka tepat pada pukul 16.10 WIB. Pembukaan ditandai dengan pemukulan gong oleh koordinator acara yang mewakili ketua panitia.
Salah satu agenda pembuka yang berhasil saya ikuti adalah kajian kepenulisan bersama Ust. Salim A. Fillah. Beliau menyampaikan materi tentang mengapa kita harus menulis dan juga membagikan rumus canggih dalam menulis. Berikut adalah tulisan yang saya susun berdasarkan materi yang disampaikan dan hasil diskusi dengan peserta. Semoga bermanfaat.

Mengapa menulis?
1.     Untuk mengikat ilmu
Dalam sebuah hadits disampaikan bahwa makhluk pertama yang diciptakan Allah adalah pena atau kalam. Kemudian Allah menyuruhnya untuk menuliskan takdir1.
Selain itu, Imam syafi’i menasihati kita tentang ilmu dalam syairnya, “Ilmu itu bagaikan binatang buruan, sedangkan pena adalah pengikatnya. Maka ikatlah buruanmu dengan tali yang kuat.” Oleh karena itu tujuan pertama menulis adalah untuk mengikat ilmu.
2.    Untuk mengukur kemampuan
Dengan menulis kita akan terbantu untuk mengetahui seberapa jauh ilmu yang sudah kita serap. Semakin banyak ilmu yang didapatkan tentunya akan mempengaruhi gaya penulisan dan isi tulisan menjadi lebih baik dari sebelumnya. Bisa jadi sekarang kita akan menertawakan tulisan kita yang telah lalu.
3.    Untuk memancing ilmu
Menulis seharusnya tidak dimulai dengan “saya tahu ini dan kamu tidak, maka saya beritahu kamu” tetapi sebaliknya kita harus mengawali dengan berpikir bahwa “aku tahu ini, kamu tahu lebih banyak, kalau aku salah maka benarkan”. Dengan demikian, kita berkesempatan berdiskusi dan mendapatkan lebih banyak ilmu. Kita menulis bukan untuk menjadi guru, tetapi menjadi murid.

Bagaimana rumus agar tulisan kita menarik?
1.     Miliki daya ketuk atau sentuh
Untuk memiliki daya ini maka sebuah karya harus ditulis dengan ikhlas. Seumpama susu yang keluar di antara darah dan kotoran2. Ia bergizi, bermanfaat, dan mudah dicerna. Dalam menulis harus dihilangkan segala kesombongan dengan merasa bahwa kita lebih tahu.
2.    Miliki daya isi
Maksudnya adalah berdasarkan sumber yang shahih. Hal ini dapat diperoleh dengan melakukan banyak pengayaan dan melihat bahan tulisan dari berbagai sudut pandang.
3.    Miliki daya memahamkan
Cara memberikan pemahaman yang baik adalah dengan memperbaiki bahasa. Sebagaimana Al-Qur’an yang diturunkan untuk memperbaiki dan membakukan tata bahasa Arab yang dahulunya memiliki aturan tata bahasa sesuai keinginan para penyair. Maka tulisan dapat dipahami dengan baik jika tata bahasanya diperhatikan.

Bagaimana jika banyak ide tetapi berloncatan dan bagaimana mengatasi kebosanan?
Maka untuk menghindari banyak keluar dari tema yang dituliskan, kita harus membuat kerangka. Hal ini membantu ketika bosan datang di tengah-tengah proses menulis. Dengan berpegang pada panduan kerangka, maka sah-sah saja jika kita tidak menulis secara berurutan dari bab 1 atau menuliskan bagian akhir terlebih dahulu agar rasa bosan bisa teratasi dan kita tetap menulis sesuai target.
Menulis juga bukanlah satu-satunya amalan yang bisa terus-menerus kita lakukan. Jika benar-benar merasakan bosan, maka bisa diselingi dengan melakukan kebaikan yang lain. Sehingga membantu kita segar kembali dan bisa menulis dengan lebih baik.

1. Diriwayatkan oleh Imam At-Tarmidzi Rasulullah saw bersabda, “Sungguh, yang pertama kali Allah ciptakan adalah qalam (pena). Dia berfirman kepada qalam, ‘Tulislah.’ Pena bertanya, ‘Apa yang akan saya tulis?’ Allah berfirman, “Tulislah takdir.’ Maka pada saat itulah qalam mencatat apa yang telah dan akan terjadi sampai selama-lamanya.” (HR. Tarmidzi, No. 3319).[1] Imam At-Tarmidzi berkata, hadis ini hasan sahih gharib. Hadis ini juga diriwayatkan oleh Abu Daud, No. 4700, dan Al-Baihaqi, No. 204. Juga diriwayatkan Imam Ahmad, dan At-Thabari dalam tafsirnya
2. Saya baru tahu maksud ungkapan ini. Dalam An-Nahl: 66 Allah berfirman, “Dan sesungguhnya pada binatang ternak itu benar-benar terdapat pelajaran bagi kamu. Kami memberimu minum dari pada apa yang berada dalam perutnya (berupa) susu yang bersih antara tahi dan darah, yang mudah ditelan bagi orang-orang yang meminumnya.” Salah satu hikmahnya adalah bahwa konsekuensi ikhlas yaitu seseorang bergerak sedemikain rupa di tengah masyarakat dan melewati faktor-faktor baik dan buruk yang ada dalam lingkungan, namun tidak terpengaruh oleh lingkungan.

Saturday 5 December 2015

HAPE JADULKU AKTOR TERBAIK HARI INI

(Cameo tak diundang di pemutaran film 3: Alif Lam Mim, JAFF 2015)

Tidak ada suara. Semua mata terpaku ke layar. Beberapa orang mulai duduk dengan gelisah. Tangan dikepal-kepalkan di depan wajahnya. Ada yang badannya mulai condong ke depan, penasaran. Aura ketegangan pun menyebar ke sudut-sudut ruangan bioskop.

Herlam atau panggil saja Lam berlari-lari menuju ke rumahnya dan mendapati rumahnya  sudah berantakan.

Semua diam. Tak ada efek suara kecuali bunyi satu benda jatuh tepat ketika Herlam dengan pandangan sedih dan terkejut mendapati istri dan anaknya tergeletak di halaman lantai dua rumahnya. Tetapi senjata yang dipegang Lam masih ada di genggamannya. Lalu bunyi benda apa yang jatuh tadi?
...

Salut. Salut untuk handphone ku yang hari ini telah jatuh dari pangkuan pada saat yang tepat. Semacam mewakili bagaimana terkejutnya Lam waktu itu. Hahaha. Hape ku tahu bagaimana meng-ekspresikan dirinya atau paling tidak membantu menambah suasana hati penonton (paling tidak yang duduk di sekitar saya dan sempat mendengar) ke efek terkejut bercampur sedih sebagaimana digambarkan dalam ekspresi wajah dan gerak tubuh Lam. J

Tepat di detik itu...

Klothak!

Ia jatuh...


Cut!

Sunday 29 November 2015

MiuMiu

just done this cute kitty, let's call it MiuMiu




design by: Linda Dawkins
made by: Ana J.
photo by: Ana J.

Sunday 25 October 2015

KETIKA ASHAR

Terima kasih Engkau Yang Maha Tinggi
Telah kau anugerahkan air untukku
Telah kau tundukkan api
Kau ijinkan tanaman-tanaman tumbuh
Bebijian mewujud lembut
Air laut yang asin
Atas ijinMu

Tuesday 6 October 2015

"EDENSOR"


picture source: layar-tancep.com

Penulis                 : Andrea Hirata
Genre                   : Novel
Penerbit              : BENTANG
Tahun terbit       : 2008 (cetakan ke-18)
Tebal                    : 294 halaman

Mengapa baru sekarang saya baca buku ini?

Saya merasa wajib bertanya demikian pada diri sendiri. Karena, buku ini hebat. Maksud saya tentang cara penulis menggambarkan  setiap kejadian dan perasaan dengan sangat segar. Jenaka.

Buku ini pertama kali terbit tahun 2007. Ah, bagaimana bisa saya baru membacanya sekarang. Tapi begitulah Tuhan telah mengatur indahnya pertemuan kami delapan tahun kemudian, di akhir September 2015. Hahaha.  

Dunia! Berikut bagian-bagian tulisan Tuan Hirata favorit saya dari buku ini.
1.     Halaman 42-43
Tidakkah paragraf ini menggetarkan dan penuh provokasi?

Aku ingin hidup mendaki puncak tantangan, menerjang batu granit kesulitan, menggoda mara bahaya, dan memecahkan misteri dengan sains. Aku ingin menghirup berupa-rupa pengalaman lalu terjun bebas menyelami labirin lika-liku hidup yang ujungnya tak dapat disangka. Aku mendamba kehidupan dengan kemungkinan-kemungkinan yang bereaksi satu sama lain seperti benturan molekul uranium: meletup tak terduga-duga, menyerap, mengikat, mengganda, berkembang, terurai, dan berpencar ke arah yang mengejutkan. Aku ingin ke tempat-tempat yang jauh, menjumpai beragam bahasa dan orang-orang asing. Aku ingin berkelana, menemukan arahku dengan membaca bintang gemintang. Aku ingin mengarungi padang dan gurun-gurun, ingin melepuh terbakat matahari, limbung dihantam angin, dan menciut dicengkeram dingin. Aku ingin kehidupan yang menggetarkan, penuh dengan penaklukan. Aku ingin hidup! ingin merasakan sari pati hidup!

2.    Halaman 94-95
Puisi Arai yang secara menggelikan disalahartikan oleh penggemar Jim Morison.

Puisi untuk satu-satunya cinta dalam hidupku! Zakiah Nurmala....
Di sini! Disaksikan pusara Jim Morrison, kukatakan padamu!
Rampas jiwaku!
Curi masa depanku!
Jarah harga diriku!
Rampok semua milikku!
Sita!
Sita semuanya!
Mengapa kau masih tak mau mencintaiku?!

3.    Halaman 139-141
Begitu menyindir...

Surat ayah tentang Ikal yang bercita-cita menjadi economics scientist tetapi justru diharapkan menjadi ahli madya pupuk dan arai yang terobsesi menjadi microbiologist diharapkan menjadi seorang asisten apoteker.

Dan masih banyak lagi kejenakaan yang cerdas dari Tuan Hirata. Terima kasih. Sungguh menghibur dari awal hingga akhir.

Happy reading J

Sunday 27 September 2015

HARI KE-24

Aku tidak bisa mengingat bagaimana aku dilahirkan. Lalu ketika sampai di hari ke tujuh aku diberitahu bahwa aku berasal dari tanah. Tanah yang dijadikan air. Bukan sembarang air, tetapi air yang oleh sebagian orang dianggap menjijikkan. Darinya lah aku tumbuh di dalam perut seorang perempuan. Menempel. Ya. Aku berawal dari cairan lemah yang hanya bisa menempel, meminta diberi makan.

Hari ke lima belas aku dibuat terkejut karena seseorang mengingatkanku kepada janji yang katanya kuucap di dalam perut tempatku mengemis makanan. Sebuah janji yang menjadikanku seorang manusia. Katanya lagi, menjadi manusia itu harus beribadah, menyembah hanya kepada zat agung yang memegang janji kita. Aku pun disuruhnya belajar agar tak melupakan janji itu dan agar bisa menjadi pemimpin bagi diriku sendiri.

Hari ke tujuh belas pertanyaan itu muncul.

“Siapa kamu?”

Aku bingung. Aku lupa. Oh, benar adanya bahwa manusia tempatnya lupa. Jawaban tentang diriku sendiri saja kulupakan dalam dua hari. Kemudian di tengah-tengah pesta yang penuh musik dan tarian, seseorang yang baik hati membisikkan padaku, “Kamu adalah hamba dari zat agung yang memegang janjimu.” Kami berdua duduk bersimpuh dan menangis. Seseorang itu menangis mengingat dosanya. Sedangkan aku menangis ketika melihatnya bisa sedemikian sedih.

Sejak saat itu orang-orang lain yang serupa dengan seseorang yang menangis tadi berdatangan padaku. Sebagian membicarakan perihal pakaian, yang lain tentang makanan, dan semua hal yang sesepele kaki mana yang harus masuk ke kamar mandi lebih dulu hingga pokok bahasan seberat kematian. Di sini, di tengah-tengah mereka aku mulai melihat bahwa kematian bukanlah suatu hal tabu dan terlalu menyeramkan untuk diobrolkan. Mereka nampaknya memulai segala sesuatu dengan mengingat hari yang dijanjikan. Kalau begitu kurasa aku juga harus selalu mengingatnya, Maha Cinta yang memberiku wujud sebaik-baiknya makhluk.

Hari ke dua puluh empat. Lingkaran orang-orang ini sungguh aneh, Kawan. Setiap kali aku datang ke tengah-tengah mereka, saat itu juga aku merasa seperti ditelanjangi. Bagaimana mereka bisa tahu apa yang sedang kupikirkan dan kurasakan? Bagaimana? Hampir semua yang mereka bicarakan rasanya sengaja ditujukan padaku, meskipun kenyataannya kami hanya bercerita tentang diri masing-masing.

Ini aneh. Tapi aku suka. Kejutan-kejutan seperti itulah yang membuatku ingin selalu kembali. Tunggu, aku tidak selalu ingin di sana, tetapi selalu ada yang tak pernah bosan membiarkanku melangkah menemui mereka, mendengar, dan merasakan yang namanya cinta. Lagi.

Kawan, aku meminta setiap kali kulakukan kesalahan agar cinta tak bosan berbicara padaku dan kembali menerimaku meski aku berjalan menujunya dengan sekujur tubuh berlumur lumpur. Aku meminta agar segumpal darah dalam tubuh ini dikuatkan. Dan... begitulah, setiap kali pembicaraan di antara kami dimulai, cinta itu kembali hadir menyusup dengan cara yang paling lembut.

Ini hari ke dua puluh empat. Sudah lama aku lepas dari dinding perut perempuan yang aku diberitahu untuk memanggilnya Ibu. Sudah banyak yang mengajariku bagaimana menjadi manusia. Tetapi kenyataannya aku masih meminta makan.

Maka, sungguh, terima kasih. Untuk perempuan dan lelaki yang airnya menyatu menjelma aku. Sungguh... terima kasih. Untuk yang-tak-pernah-kekurangan aku ingin mengatakan begini, Kawan. Kusampaikan aku mencintaimu meskipun sungguh tak sebanding dengan cintamu, wahai Maha Cinta. Berilah kedua lelaki dan perempuan itu kebaikan yang lebih dari yang telah mereka bagi padaku.

Thursday 24 September 2015

SAYA DITANYA

Sebelum datang ke sebuah wawancara saya berhenti di sebuah warung. Sarapan. Di depan saya duduk seorang pemuda yang menarik perhatian. Lagaknya aneh. Dia memegang sebuah telur asin. Telur itu tidak segera dikupas lalu dimakan. Ia hanya memegangnya di dekat hidung. Mengusap-usapkannya ke lubang hidung sebelah kiri. Cukup lama. Entahlah. Dari semua hal yang bisa dilakukan di pagi ini, mengapa ia justru memilih berusaha keras memasukkan telur itu ke dalam hidungnya ya. Saya mencoba mengerti.

Memasuki gedung wawancara sudah banyak yang mengantri. Pukul sebelas nama saya baru dipanggil. Dalam wawancara siang itu saya ditanya begini, “Apa momen terbaik dalam hidup Anda?”.

Saya pun berfikir keras. Saya tidak boleh terlihat ragu dalam menjawab. Tapi terlalu banyak momen baik sepanjang hidup saya.

“Salah satu momen terbaik dalam hidup saya adalah di suatu siang ketika saya lapar, Pak.”

“Waktu kamu lapar?”

“Iya, Pak. Suatu siang, saya kelaparan dan hanya ada beras di kamar kos. Saya keluar hendak membeli tahu putih, tapi yang ada tinggal tahu kuning. Jadilah saya membeli tahu kuning itu dan  merebusnya. Ya, hanya saya rebus. Karena sangat lapar, akhirnya sambil menunggu nasi yang belum matang saya memakan beberapa tahu yang masih hangat itu. Di situlah Pak, Saya merasakan enaknya makan tahu. Nikmat sekali. Perut saya yang kosong berangsur terasa hangat begitu potongan-potongan tahu itu satu persatu masuk mulut, saya kunyah, lalu turun ke lambung.”

Bukannya saya tidak serius dengan menceritakan tentang itu. Bisa jadi momenmu itu berbeda dengan kebanyakan orang. Bagaimanapun jawaban terbaik adalah suatu kejujuran. Jadi menurut saya, sah-sah saja menceritakan apapun yang memang membuatmu menyebutnya momen spesial. Yang terbaik. Yang tak bisa dilupakan. Mungkin dipandang biasa atau aneh sekalipun.  

Dengan penuh percaya diri saya bercerita sebab saya yakin kalau pewawancara itu, si pemuda  yang berusaha memasukkan telur asin ke lubang hidungnya tadi pagi, tak akan mudah terganggu dengan cerita soal momen tahu kuning saya.


#ceritasaatduaoranganehbertemudisatumejamakan

Saturday 19 September 2015

Gon Oppa


bekas nih... botol air mineral, karung goni, pulpen atau sumpit,
kecuali benangnya

Thursday 17 September 2015

KANTONG AJAIB

Beberapa pasang sandal sudah berserakan di depan pintu ketika Vici datang. Sedikit tergesa ia memarkir motor di samping rumah. Diambilnya kantong besar yang dibawanya dari pasar. Sebelum masuk sekali lagi ia memastikan motornya sudah terkunci dengan baik dan aman. Bukan apa-apa, meski motornya bukan termasuk motor yang bagus tetapi tetap saja tidak mengubah fakta bahwa hanya itu motor yang ia punya. Sejelek-jeleknya barang yang kita miliki haruslah kita jaga dengan baik, sehingga ketika pun suatu hari harus hilang atau sudah tidak bisa dipakai lagi, rasa sesal itu tidak begitu besar sebab selama di tangan kita ia sudah dirawat dengan sebaik-baiknya. Kira-kira begitulah Ibu selalu berpesan.
“Halo...!”
Anak-anak serempak mengangkat tangan dan menjawab salam. Suasana yang sebelumnya riuh jadi semakin kacau. Energi bocah seusia mereka memang tidak ada habisnya. Vici merasa harus segera mengambil alih kelas. Dia tahu cara paling ampuh menenangkan mereka.
“Pasukan…”
Hampir semua anak menegakkan badannya lalu menoleh ke sumber suara. Mereka selalu suka mendengar suara yang lantang. Tidak menyia-nyiakan kesempatan, Vici segera mengangkat kantong coklatnya tinggi-tinggi untuk memancing rasa ingin tahu murid-muridnya. Alih-alih maju ke depan kelas, ia sengaja tetap berdiri di depan pintu yang ada di bagian belakang kelas.
“Ini apa ya…?”
“Kantong ajaib!” Ica, Rara, Sadam, Lili, dan Lala bersamaan melompat dari kursinya.
“Stop! Oke. Pasukan siap? Kalau sudah siap, ayo duduk di kursinya masing-masing.” Vici perlahan berjalan ke depan sambil tetap mengarahkan pandangan ke mereka, “Sini, lihat ke arah kapten, tatap mata saya,” anak-anak paling suka permainan peran yang satu ini. Awalnya cukup sulit meminta mereka fokus pada pelajaran tapi Kapten Vici berhasil mengumpulkan kembali pasukannya dalam tenda yang disebutnya kelas tempur. Dulu mereka lebih suka bersembunyi dibalik lumpur, menyerang dinding-dinding tanpa ampun dengan senjata warna-warni, dan berlarian kesana-kemari.
“Tada… “

Seekor burung besar dengan mata yang sangat banyak melompat keluar dari kantong coklat itu. 

Monday 7 September 2015

TALK TO MY HAND, KUCING PREMAN!

Nggak ada kerjaan. Dua kucing di depan kamar sepertinya asyik buat diajak main. Begitu tanganku keluar dari sela-sela jendela, kucing tertua pun langsung menyeringai. Dia tahu ada bahaya mungkin ya. Sebuah ancaman dari sebentuk benda seperti ubur-ubur (siapa tahu dia kenal ubur-ubur) yang tiba-tiba muncul entah dari mana. Melambai-lambai. “Benda asing apa itu, meow, brrrr!” Kira-kira mungkin begitu instingnya berbicara.
Kami pun lama saling menatap. Sorot mata hijaunya begitu tajam menembus lensa mataku. Kami berbicara dari mata ke mata.
“Hey, kamu lagi ngapain muter-muter di bawah motorku?”
“Ada masalah?”
“Nggak papa, lanjutin aja.”
Kuketuk-ketuk kaca jendela. Dia langsung waspada. Kuayun-ayunkan tangan di sela-sela jendela dan dia pelan-pelan mengambil posisi duduk. Meletakkan pantat dan ekornya sejajar dengan kaki-kaki belakangnya. Dialog sunyi pun kembali.
                “Hey, kucing preman, masih penasaran sama ni tangan?”
                “Brrrrr...apa itu?kamu mau apa?jangan dekat-dekat! Brrrr....”
                “Ngomong apa Cing?Nih, talk to my hand!
Hahaha...puas banget pas bilang itu ke dia. Akhirnya bisa kulampiaskan rasa kesalku. Emang enak ngajak orang ngobrol trus dia bilang “talk to my hand?” Nggak. Kurang ajar banget. Sedangkan, di dunia sebelah, kucing itu mungkin akan terus bertanya-tanya di sisa hidupnya. Benda apa itu yang melambai-lambai di sela-sela jendela.

March 03, 2014