Thursday 28 May 2015

MASUK AIR KE TELINGA

Kalau telingamu kemasukan air, ada cara yang ampuh mengatasinya.

Pergilah ke ruang terbuka (baiklah, tempat mana saja yang kau suka). Lalu angkat tangan (kanan/kiri) mu. Tatap dan katakan, “I trust you!”. Lalu masukkan telunjuk ke lubang telinga. Diamlah beberapa saat. Tutup matamu dan tetaplah dalam kesunyian untuk beberapa saat. Kau akan mendengar angin bergemuruh dalam telingamu. Seperti suara air mendidih. Jika sudah merasa cukup tariklah telunjukmu dari lubang telinga. Bagaimana?


Sometimes we have to just listen to the silence so that we can return to listen to the world with more joy.

ana_J/270515

Tuesday 26 May 2015

"INTO THE WILD"

picture source: amazon.com


Penulis                : Jon Krakauer
Genre                  : Biografi (Christopher Johnson McCandless)
Penerbit             : Villard              
Tahun terbit      : 1996
Tebal                   : 224

Singkat saja. Tulisan ini sudah beberapa hari mengganggu jam tidur saya.

Buku tentang seorang pemuda Amerika yang jasadnya ditemukan dalam sebuah bus di pedalaman Alaska tahun 1992 di usia 24. Kisahnya juga di-film-kan dengan judul INTO THE WILD diperankan oleh Emile Hirsch pada tahun 2007 disutradarai oleh Sean Penn.

Kisah tentang Christopher Johnson McCandless ini saya yakin sudah banyak didengar, ditulis, dan diceritakan kembali. Buat kamu yang belum tahu, dia adalah seorang pemuda yang memiliki keinginan luar biasa untuk terus berjalan ke barat, mengunjungi Alaska dan hidup di sana sendirian. Lari dari hiruk pikuk kota yang tidak sesuai dengan pemikirannya dan juga karena masalah tentang ayahnya. Ia banyak dipengaruhi oleh buku Jack London dan Tolstoy. Setelah lulus dari kampus dia pamit ke orang tuanya untuk menghabiskan beberapa waktu di jalan seperti yang dilakukannya setelah lulus sekolah menengah. Tapi kabar tak kunjung datang dan akhirnya 2 tahun kemudian hanya kabar duka yang diterima keluarganya. Dipercaya bahwa penyebab kematiannya adalah biji-bijian beracun yang dimakannya.

Chris menemukan hidup barunya dalam perjalanan ke Alaska, menamai dan memperkenalkan dirinya sebagai Alexander Supertramp. Chris atau Alex bertemu banyak orang dalam perjalanannya. Beberapa orang yang sering dikiriminya kartu pos adalah Jan Burres, Wayne Westerberg, dan Ron. Beberapa orang yang pernah bertemu dan memberi tumpangan mengenal Alex sebagai pemuda yang cerdas, bahkan ayahnya sendiri mengakui bahwa kalau mau dia bisa jadi agen CIA. Nilai-nilai akademiknya selalu nyaris sempurna.

Tapi inti dari semangat hidup seorang lelaki adalah ketertarikannya yang kuat terhadap tantangan, begitu ia pernah menulis dalam suratnya kepada Ron. Ia menasehati lelaki tua yang pernah meminta izin untuk mengadopsinya itu untuk keluar dari kenyamanan dan menikmati matahari yang baru dan berbeda setiap harinya. Dengan catatan bahwa semua kesenangan baru bisa dirasakan jika menjalaninya dengan sedikit uang.

Bagi sebagian orang pilihannya untuk mendamparkan diri di alam liar adalah pilihan yang bodoh, tetapi bagi sebagian yang lain ia adalah anak muda yang pemberani dan menjadi contoh tentang meraih apa yang diinginkan. Bagaimanapun, bagi saya ini adalah buku tentang anak muda cerdas yang sedang sakit. Seriously, I thought he was just too smart to die like that, but hidup adalah rangkaian dari setiap pilihan yang kita jalani. He’s long gone. All we can take now is the story left.


ana_J/260515

Sunday 24 May 2015

KERETA DUA JAM

Dua jam yang lalu gue ketemu dengan seorang backpacker di kereta menuju Surabaya. Bonus perjalanan menumpang kereta ekonomi bersama dua orang kawan perempuan. Agenda pekan ini sudah kami rencanakan sejak dua bulan yang lalu untuk mengunjungi kota dengan slogan beriman, rumah salah seorang teman.

Dulu, dengan polos kukira maksudnya benar-benar ‘hanya’ beriman karena banyak pondok pesantrennya tapi ternyata ada udang di balik batu dengan sang udang yang bilang kalau beriman itu singkatan bersih-indah-nyaman. Menarik. Satu dari sekian kata menipu di negeri berjuta akronim ini. Untunglah setelah disingkat pun kesan pesannya masih positif. Lain halnya dengan sabu. Bisa gawat kalau orang tua yang begitu polos mencak-mencak begitu mendengar bahwa anak-anaknya yang mahasiswa sering pesta sabu dengan intel di pagi hari di kamar kosnya. Lalu tetangga yang sok tahu pun lapor polisi dan setelah digerebek mereka hanya menemukan beberapa mangkuk bubur ayam dan indo*** telur. Payah.

I’m a time traveller,” bule berambut cepak rapi itu meluruskan tebakanku soal backpacker sambil menunjuk jam di tangan kiri. Rolex. Benar juga, backpacker nggak mungkin berlagak sok kaya dan keren.

Time traveller?” sepertinya gue baru saja menemukan teman seperjalanan yang menyenangkan, “tapi kita hanya bisa pergi ke masa depan, kan?” pikirku kalau benar orang ini gila dia pasti akan menggugat pernyataanku.

Chris menutup buku yang sedang dibacanya sejak naik dari stasiun kecil dekat Solo. Dari jendela kereta bisa kubaca judul buku bersampul merah bata itu. Ditulis dengan huruf besar dan tinta putih. Kayaknya sih novel bahasa inggris. Mungkin teman perjalanan atau semacamnya. Dilihat dari bawaannya Chris pasti sudah jalan-jalan ke banyak tempat. Tas carrier besar, matras, sandal gunung, topi, jerigen air.

“Ini buku yang hebat,” dia tahu mataku mencuri-curi di balik kaca, “buku ini yang membuat saya ingin menjelajahi waktu. Kamu kenal Christopher Johnson McCandless?” Oh My God bule ini lancar banget bahasa inggrisnya. Oke, bersiap mengerjakan soal listening.

The Supertramp?” Gue hafal banget dialog Alexander Supertramp di film tentang apel super yang dia bilang ‘the apple of my eye’. Baguslah dia ngomongin topik yang kukenal. Setiap bicara dengan bule pasti deg-degan, jangan-jangan aku akan terlihat bodoh karena nggak tahu yang dia maksud. Dicap nggak gaul atau lebih parah lagi dia mengeluh dalam hati tentang pengetahuan umum orang Indonesia. Nope, dia nggak boleh sampai memandang sebelah mata orang Indonesia gara-gara kurang updatenya gue.

“Pasti buku favorit kamu ya, Mr. Time Traveller?”

“Oh ya, sudah saya baca dua atau tiga kali. Ngomong-ngomong Surabaya jauh tidak?” Wah sayang sekali  aku turun di Jombang.

“Sekitar tiga sampai empat jam mungkin.”

“Saya sudah keliling Eropa dan sekarang saatnya menjelajah Asia. Indonesia yang pertama. Ini pertama kalinya saya ke Surabaya. Itu yang walikotanya terkenal sekarang. Hebat. Wanita yang hebat.” Sebagai sesama wanita gue ikut bahagia atas pujian Chris terhadap salah satu walikota terbaik negeri ini.

Hampir dua jam berikutnya, dua temanku dengan tega meninggalkanku yang kikuk berbahasa inggris ngobrol dengan Si Mas Bule sendirian. Mereka tidur pulas.

“Wow, itu pohon apa?” Setibanya di daerah Ngawi Chris langsung bertanya ini itu tentang pohon-pohon yang berjajar rapi di kanan kiri jalan. Seingatku kalau di negaranya Chris, itu sama dengan pohon Oak. Begitu kujawab demikian Chris melotot nggak percaya. Ya kali, ada pohon oak begitu. Haha. Lalu kujelaskan kalau itu pohon namanya Jati. Mas-panggilan laki-laki Jawa-Jati ini termasuk makhluk yang bisa digunakan untuk bahan konstruksi. Istilah kerennya kayu keras. Begitulah. Gue juga lupa sudah ngomong apa saja tentang Mas Jati. Yang jelas makhluk ini akan menggugurkan daunnya, the leaves will fall during summer, mm.. bingung juga kalau jelasin musim kemarau. “Oh, I mean, here, in dry season.” Syukurlah dia berbaik hati menerima penjelasanku yang amburadul.

What do you like about traveling?” sekarang giliran gue nanya, sengaja, biar dia nggak melanjutkan obrolan tentang Mas Jati.

Chris memonyongkan bibirnya dan menjawab, “Oh, that? Mmm.. mostly because I can meet people, new people, and... ” Chris menunjuk buku favoritnya lagi menyuruhku mengartikan sendiri maksud penunjukan itu. Oke.

Okey, trying to have a nomadic existence?” Akhirnya gue inget satu frase di buku itu yang cukup keren. Sekarang gue juga ngerasa cukup keren-atau sebaliknya, udik banget.

“Darimana kamu dapat uang, Chris?” Oh yeah, ini pertanyaan paling penting tiap kali lihat bule yang kerjaannya jalan-jalan terus.

I have saving.”

“Wow, it must be a lot. Pasti kamu orang kaya ya.” Belum pernah saya sebagai manusia seberani ini menilai orang secara terbuka.

“No,” tuh kan salah, “saya pernah bekerja di Virginia, lalu bosan, resign, dan memutuskan untuk keliling dunia. Menjelajahi waktu.”

“Cukup uangnya? Wow. Apa pekerjaan kamu?”

“IT”

Oh pantes. Tapi misteri darimana semua uang itu berasal masih tersimpan rapat hingga sekarang. Soalnya kalau dipikir-pikir seperti terlihat dari penampilannya, memang dasarnya ini bule kaya, jadi uang tabungannya pastilah cukup buat jalan-jalan. Tapi sudahlah. Yang lebih seru adalah waktu kita akhirnya ngobrolin tentang jalan tol.

“Kamu tahu kenapa orang buat jalan tol dan mau membayar lebih untuk lewat situ?” Chris mengangkat bahunya, nggak mau jawab.

Coz, you know, people are, actually, buying the time.” Dan tanpa diduga Chris mengiyakan pendapatku. Yuhuuu..

“Setiap orang ingin secepatnya sampai ke tujuan, sedangkan jalanan tambah ramai. Jadi para kontraktor membangun jalan tol agar orang-orang yang punya uang untuk membeli tiket masuk bisa sekaligus menghemat waktu tempuhnya. Kenapa? Kerena mereka sibuk. Karena mereka nggak punya waktu. Nggak punya waktu. Perasaan yang harus dimiliki oleh segenap makhluk di bumi ini.” Dan sekali lagi Chris mengiyakan. Singkat.

“Kamu nggak boleh hanya diam hingga melewatkan begitu saja. Terlalu banyak kejadian dalam satu waktu yang bisa kita nikmati. Tentunya kalau kamu tidak hanya berdiam di satu tempat. Selalu seperti itu. Ruang dan Waktu. Dimensi dimana kita tinggal sekarang.” Chris akhirnya kembali dengan nasihat bijak ala time traveller.

“Yup.”

“Bicara soal waktu, kamu nggak merasa wasting time dengan bepergian, Chris?”

“Hoho,” tertawa keras sekali sampai penumpang lain nengok ke kita dan berpikir wah koq bisa ya ngobrol sama bule, saya juga mau, “Tidak, saya tidak merasa rugi,  karena saya belajar banyak hal dari perjalanan ini.”

“Kamu suka kopi?”

“Eh, kopi?” Bule ini menawarkan kopi. Beneran. Ah, mungkin cuma tanya.

“Suka. Kopi hitam.”

“Oh, saya juga. Ke dapur yuk, saya mau tahu dapur di kereta ini.”

Dalam hati gue berharap di mau nraktir. Tahu sendiri kan, kalau kopi di dalam kereta itu harganya bisa dua tiga kali lipat. Itu pertama kalinya gue mengiyakan ajakan stranger.

Dan ketika aroma kopi hitam yang mendamaikan mengepul di depan wajah kami, Chris mengajukan pertanyaan terakhir.

“Orang lalu lalang pergi ke berbagai tempat, dunia ini jadi ramai sekali. Kadang saya lebih suka pergi ke tempat yang sepi seperti gunung atau pantai. Tapi sekarang gunung dan pantai pun ramai orang. Ya, kecuali beberapa tempat terpencil yang indah seperti ini,” Chris menunjukkan foto dirinya mengangkat sepatu di sebuah sungai kecil berair hijau.

“Jadi menurut kamu sepi itu apa?”

Lagi-lagi entah bagaimana gue punya jawaban untuk yang satu ini, “Sepi itu pas nunggu kereta ke Bogor yang nggak datang datang sementara orang-orang antri pengen masuk ke gerbong yang sudah beberapa kali lewat menuju Jakarta Kota. Semacam slow motion yang menyedihkan. Bergerak ke arah yang berbeda dari orang kebanyakan. Menunggu di barisan yang tak punya antrian. Semacam ada sekat tipis di antara tempatku duduk dan mereka berdiri yang membuat waktu kami berbeda.”

That’s it, semua soal waktu yang berbeda dengan ruang yang sama atau sebaliknya. But for sure we never really own it. So, kamu harus terus menjelajahinya. The Time.

Waktu dua jam berakhir dengan foto selfie berdua di gerbong dapur. Asap mengepul dari air panas di dua cangkir kami, menari-nari di udara. Menghantarkan partikel-partikel kecil kopi ke hidung kami yang aromanya menyebar ke seluruh gerbong bersama dengan satu cerita baru.

fiction_just met him_the supertramp_smartbutprettysickguy

ana_J/230515

Monday 18 May 2015

NGE-DATE DI KEDIRI LAUTAN BUKU

Pria-pria yang menenteng kamera seliweran berusaha mengabadikan setiap momen.

Sejak pukul 7 pagi, karpet yang digelar di depan kantor Walikota Kediri telah dipenuhi oleh siswa-siswi SMP. Semuanya membawa buku masing-masing untuk dibaca bersama-sama. Mereka dan warga yang hadir nampak antusias mengikuti rangkaian acara. Di ujung utara berdiri panggung yang sejak pagi diisi dengan permainan band untuk menghibur audiens. Di bagian selatan terparkir mobil perpustakaan keliling milik Pemkot Kediri. Di tengah jalan terdapat kotak cukup besar yang disiapkan untuk menampung donasi buku dari para book lovers yang datang. Ada yang menyumbangkan buku-buku fiksi, non fiksi, dan juga buku-buku pelajaran. Eits, juga tak ketinggalan booth khusus buat yang mau foto-foto. Intinya pagi itu semua yang hadir diajak untuk membaca bersama dan memenuhi jalanan dengan buku.






Yup, ini dia acara peringatan Hari Buku Nasional Kota Kediri dengan tagline “Kediri Lautan Buku”. Acara yang juga dihadiri langsung oleh Bapak Walikota Kediri, Abdullah Abu Bakar, beserta istri dan beberapa pejabat ini diselenggarakan di sepanjang Jalan Basuki Rahmat hingga Jalan Dhoho bersamaan dengan agenda “Car Free Day” tepatnya pada tanggal 17 Mei 2015.

Hayooo, sudah tahu kan kalau sejak 2002 ketika menteri pendidikan adalah Malik Fajar, pemerintah telah menetapkan tanggal 17 Mei sebagai hari buku nasional. Sejujurnya, saya juga baru tahu. Haha. Tanggal itu dipilih sebab bertepatan dengan peresmian Perpustakaan Nasional pada tahun 1980 di Jakarta. Oleh karena itu saya nggak mau ketinggalan perayaannya di Kota Tahu, Kota Kediri tercinta. Perhelatan besar ini diadakan atas kerjasama Taman Bacaan Mahanani dengan Bank Indonesia, dan Pemerintah Kota Kediri.

Selain membaca bebarengan, panitia juga menyiapkan pawai yang diiringi tabuh-tabuhan. Pawai yang membawa tulisan-tulisan seputar hari buku nasional memasuki panggung utama sekitar pukul 08.18. Sebelumnya pawai ini telah berjalan dari arah Jalan Dhoho dan berhenti di depan gedung Bank Indonesia. Setelah rombongan lewat, audiens diarahkan untuk duduk kembali, membuka buku masing-masing, dan membaca bersama. Beberapa yang nggak bawa buku pun langsung dikasih pinjam. Ayo baca...ayo baca...


Lumayan nih, sambil baca sambil di foto, siapa tahu masuk tipi atau koran

Setelah membaca, rombongan berbaju pink membuyarkan adik-adik SMP yang lesehan di jalan. Audiens kembali dihibur oleh tari-tarian dari MTs Pagu.


Seneng banget pas akhirnya bisa ikutan event yang meramaikan Kota Kediri di hari buku nasional ini, guys. Bagaimana dengan kotamu?

ana_J/180515

Tuesday 12 May 2015

BELAJAR NYETIR

Suka banting setir. Karena itulah gue nggak mau belajar nyetir mobil.

Tahun ini adalah tahun kelima masa kuliah di jurusan *** Universitas ***. Sudah banyak kawan-kawan yang lulus, tapi judul skripsi gue masih terkatung-katung di langit. Belum sempat gue ambil karena nggak fokus. Ngeblur. Nggak keliatan mana yang skripsi, mana yang main, atau itu yang di sebelah kiri ada plang ijo yang tulisannya PASAR MALAM, ke kanan 10 m ARAH KASUR.

Dulu waktu SMA antara percaya nggak percaya, harusnya nggak boleh percaya, seorang senior pernah baca garis tangan gue. “Wah, banyak banget garisnya. Banyak maunya tapi nggak tuntas nih. Tentuin pilihan aja. Pilihan kamu. Kamu yang ngejalanin kok. Nggak usah ikut-ikutan,” begitu kira-kira inti pesannya.

Pertemuan itu udah nggak pernah gue inget-inget lagi, hingga sampailah kita pada penghujung hari ini yang membuat isi kepala gue mikir lagi. Saat hari akhir sudah semakin dekat sementara belum satu bab pun berhasil sampai di garis finis. Gue baru sadar kalau gue itu sebenernya banyak maunya, banyak kesempatannya, tapi banyak juga gagalnya. WHY? Hanya karena gue NGGAK FOKUS dan parahnya gue NGGAK TAHU ARAH FOKUSNYA. That’s it. Itu jawaban yang akhirnya muncul di atas kertas kuning yang ajaibnya bisa nempel sendiri di dinding tanpa lem. Lebih ajaib lagi adalah preferensi gue yang labil. Loncat-loncat kayak kodok pas hujan. Yup, labil atau dalam bahasa lainnya nggak stabil.

Apa sih mau lu, kampret? (cermin pun hampir retak pas gue bilang kampret keras-keras)

Oke, coba kita telusuri lagi gimana ceritanya gue yang pengen mie ayam tapi berhenti di depan warung soto dan akhirnya makan nasi goreng pedhes.

Dulu, lepas masa SMP, kata orang gue pasti gampang masuk ke SMA ***, ibaratnya kayak pindah kelas aja. Keren kan. Waktu SD mau masuk SMP dulu juga gitu. Alhamdulillah, Allah emang baik banget sama gue. Lancar. Yang penting emak bapak gue seneng. Tapi tahukah kawan-kawan sekalian kalau sebelum lulus SMP pernah tercetus ide, “Gimana kalau masuk SMK saja?”. Sudah bisa dipastikan emak bapak gue menolak untuk menerima. Termakan oleh label yang disematkan kalau SMK itu derajat sekolah yang kurang elite. Tapi mungkin benar juga, karena kesempatan untuk maju akan lebih banyak di dapat di sekolah negeri normal dengan lebih beragamnya informasi yang didapat.

Well, kenapa pernah terbersit kata SMK itu? karena gue memang belum memutuskan pengen jadi apa dan sebenarnya gue ini pengen kerja apa. Dengan harapan masuk sekolah kejuruan bisa memaksa gue untuk akhirnya punya pilihan. Tapi meski argumentasi belumlah dapat dipertahankan, gue bersyukur bisa menuntut ilmu di almamater SMA gue.

Begitu diterima gue langsung masuk kelas unggulan. Bertemu kawan-kawan super pinter dari berbagai belahan dunia. Dunia beda kabupaten, beda kecamatan, beda desa, beda RT, ada juga kok yang beda kota. 

Terus terang, masa SMA gue agak kacau. Serius. Ini masih masalah preferensi. Judulnya adalah PENCARIAN JATI DIRI.

Karena masuk kelas unggulan, mau nggak mau semua murid harus masuk kelas IPA. Sedang nilai fisika dan kimia gue pas-pasan. Serius. Lalu keluarlah ide untuk milih kelas bahasa. Pasti seru, meski gue tahu nggak bakal ada yang ambil kelas bahasa di sekolah favorit ini. Paling tidak pernah ada teman berbagi ide gila ini dan bersama melamunkan, seandainya ada kelas bahasa.

Gue juga jago gambar, tapi untuk kalangan sendiri. Sampai pada suatu hari pas lihat iklan di TV dan nemu artikel tentang periklanan, gue bilang ke guru seni rupa kalau gue mau masuk sekolah seni rupa atau desain komunikasi visual. Pasti seru kerja dengan orang-orang keren yang punya sejuta ide kreatif dan dibayar untuk ide-ide gila kita. Beberapa tahun kemudian saat bapak guru menanyakan dimana aku sekolah dan jawabanku jauh berbeda dari keinginan yang dulu pernah kuutarakan, si bapak pun kaget dan berseru, “Walah, kok jauh banget.” Begitulah. Tapi sebelum berakhir di pilihan yang harus dengan cinta kujalani ini, bermunculan juga pilihan karir yang lain. Manuver yang tak disangka-sangka.

Saat gue akhirnya makan bakso, yang dipikiran gue adalah pecel lele. Pas nulis ini gue emang lagi laper jadi yang keluar makanan lagi deh.

Pas gue lagi doyan-doyannya baca sejarah, gue pengen jadi arkeolog. Lalu emak melarang dengan alasan gue anak IPA dan sayang kalau harus belajar IPS biar lulus ujian masuk. Nanti juga kerjanya di lapangan. Takut anak manisnya ini jadi hitam kelam terpapar sinar matahari. Selesailah sudah.

Pencarian belum berakhir. Gue masih belum tahu juga mau jadi apa dan seneng apa. Hingga pada suatu hari yang cerah saat berjalan di perbukitan opsi itu muncul. Keren juga kalau gue bisa tahu kapan bumi terbentuk. Kapan gunung akan meletus. Bekerja dengan ilmuwan-ilmuwan keren. Ke luar negeri dan... pilihan pertama saat ujian masuk perguruan tinggi adalah geologi. Gue pengen tahu gue hidup di atas apa dan siapa itu makhluk Tuhan bernama BUMI.

Tapi semua makanan yang gue sebut tadi belum pernah dalam porsi lengkap tersaji di meja makan gue. Dan yang ada sekarang adalah bahan mentah yang harus segera gue masak kalau gue nggak mau lama-lama menahan lapar lagi. Kalau gue masih mau banyak-banyak bisa nulis kayak gini. Kalau gue masih mau mengejar keinginan yang ternyata juga masih beda dari jurusan gue sekarang.

Kayaknya perjalanan ini masih akan panjang.
Perjalanan mencari keberanian gue  buat belajar nyetir mobil.
Menghentikan kebiasaan banting setir yang tidak hanya membahayakan diri sendiri tapi  juga membahayakan bagi orang lain.

ana_J/120415

MAU HEBAT? MAKANLAH YANG HALAL!

Seorang ibu ditanya, “Aduh anaknya dikasih makan apa koq pinter gini?”. Lalu sang ibu pun menjawab, “Ya, makan nasi Bu, sama dengan putra njenengan.” Tapi guys, coba cermati lagi ya tanya jawab itu. Entah itu nasi, daging, atau hanya tempe dan singkong. Mungkin jawaban lebih tepatnya adalah si anak dikasih makanan yang insya Allah selalu terjaga kehalalannya sehingga lebih barokah. 
Sebagai muslim kita wajib memperhatikan makanan yang masuk dalam tubuh kita ya kawan. Sebab jika yang haram masuk ke dalam tubuh kita, maka akan mempengaruhi seluruh amal ibadah kita. Selain itu Allah telah jelas menyatakan perintah dan petunjuknya kepada orang beriman untuk memakan makanan yang halal dan baik serta menghindari makanan tertentu yang diharamkan.
“Hai orang-orang yang beriman, makanlah di antara rezeki yang baik-baik yang Kami berikan kepada kalian dan bersyukurlah kepada Allah, jika benar-benar hanya kepadaNya kalian menyembah. Sesungguhnya Allah hanya mengharamkan bagi kalian bangkai, darah, daging babi, dan binatang yang disembelih dengan atas nama selain Allah. Barangsiapa dalam keadaan terpaksa, sedangkan ia tidak berkehendak dan tidak melampaui batas, maka tidaklah berdosa. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun dan Maha Pengasih.”
Al-Baqarah: 172-173
Berikut ini adalah ringkasan dari kajian warga (Sabiluna) di Mushola Nurul Huda, Padukuhan Karangwuni (08/05). Pengajian diisi oleh Dr. Nanung Danar Dono yang juga seorang peneliti di Fakultas Peternakan UGM dan anggota LPPOM MUI Yogyakarta.
Untuk keterangan lebih lanjut silahkan membaca Al-Quran dan buku-buku tentang halal dan haram dalam islam serta kritis terhadap informasi yang ada. Semoga catatan berikut bermanfaat.
1.     Ketahui dan waspadailah beberapa istilah berikut saat membeli makanan.
ISTILAH
BAHAN MASAKAN
B1
Anjing
B2
Babi
Tongseng jamu/Sengsu
Anjing
Kambing balap
Anjing
Bebek balap
Tikus
Siomay cunyuk
Babi
Rw (rintek wu’uk)
Anjing
Rica-rica (terutama Solo sekitarnya)
Anjing
Scoo be doo
Anjing

2.    Oplosan
Banyak juga makanan dari daging sapi yang dicampur daging babi. Lalu bagaimana membedakan keduanya? Cara paling gampang adalah jeli melihat tulisan yang dicantumkan pedagang pada barang dagangannya J..Maaf bercanda, tapi serius. Berikut adalah beberapa hal yang bisa dibedakan dari keduanya dalam keadaan mentah.
BAGIAN
DAGING SAPI
DAGING BABI
Daging
Merah tua
Merah muda
Lemak
Putih
Kuning/krem
Serat
Tebal
Lebih tipis
Bau
Harum khas sapi
Apek/tengik
Harga
Standar
Lebih murah
               
Warna daging sapi lebih merah karena sapi aktif bergerak sehingga kandungan Hb nya tinggi dan aliran darah senantiasa aktif, sedangkan babi termasuk hewan yang malas bergerak. Kata ustadz, maju dikit makan, mundur dikit tidur, ke kanan selangkah tidur, ke kiri selangkah tidur lagi J. Untuk bau tidak sedap pada daging babi disebabkan oleh lemak punggung babi yang tebal dan mudah teroksidasi. Kalau lemak teroksidasi, maka akan muncul zat bersifat karsinogenik yang menyebabkan kanker. Selain itu kantong urin babi sering bocor sehingga mencemari daging. Kandungan asam urat babi juga tinggi sebab rata-rata hanya 2% yang dikeluarkan dari tubuh, berkebalikan dengan sapi.
Berikut adalah perbedaan saat daging sudah dimasak atau matang.
BAGIAN
DAGING SAPI
DAGING BABI
Aroma
Harum khas sapi
Eneg atau tidak enak
Potongan daging
Alot
Lebih empuk
Kuah/kaldu
Bening dan encer
Sangat kental dan berminyak
Asap/uap saat memasak
Berkesan ringan
Berkesan berat/naiknya perlahan

Meskipun daging babi lebih empuk tetapi sukar dicerna. Zat-zat yang terkandung di dalamnya sukar untuk diserap oleh tubuh atau proses pencernaannya lama.

3.    Penggilingan daging
Selain pongoplosan daging sapi dengan daging babi, ada juga kasus penggilingan daging sapi yang bercampur dengan penggilingan babi. Beberapa pasar di Jogja yang terdeteksi masih mempraktekkan hal ini adalah Pasar Patuk, Beringharjo, dan Giwangan. Meskipun tidak semua penggilingan tetapi kita harus tetap jeli dan waspada.
Jenis-jenis makanan yang berpotensi tercemar dengan daging tidak halal antara lain adalah bakso, batagor, sambal goreng, siomay, rolade, galantin, spageti, nugget, sosis, lumpia solo, burger, dan tahu bakso serta olahan-olahan dari daging lainnya.

4.   Bangkai
Selanjutnya dijelaskan mengenai kasus daging ayam bangkai atau populer dengan nama ayam tiren alias mati kemarin. Berikut adalah perbedaan bangkai ayam dan ayam sehat yang disembelih.
BAGIAN
BANGKAI
DISEMBELIH
Warna kulit
Pucat, kelabu
Kuning segar
Pori-pori
Kasar/tidak bersih
Halus
Sendi
Kaku
Lentur
Warna daging
Merah tua/kelabu
Merah muda dan segar
Aroma
Busuk/tidak sedap
Harum khas ayam
Harga
Lebih murah
Standar
Bekas sayatan penyembelihan
Rapi dan tidak membuka lebar
Membuka lebar/tetarik ke atas dan ke bawah

Kulit ayam sehat yang disembelih lebih halus sebab darah dapat keluar maksimal sedangkan pada bangkai tidak sehingga pori tidak cepat menutup saat bulu-bulunya dicabut.
Kita harus lebih waspada terhadap aroma daging bangkai sebab saat ini bau busuk dapat disamarkan dengan mencelupkan daging ke air bekas cucian beras. Waspada terhadap istilah ayam celup. Selain itu ada yang menambahkan formalin. Bau formalin mirip dengan bau cairan pemutih atau kaporit.
Untuk masalah harga kita patut curiga terhadap penjual nasi ayam yang menjual dagangannya dengan harga yang murah. Kemungkinannya ada dua, penjual memang orang yang dermawan atau justru sebaliknya menjajakan makanan dari bangkai atau jenis daging lain.

ana_J/120515