Thursday 25 February 2016

THE GIRL AND A PILE OF BOOKS

Intro:
Ada 2 pemain film KMGP sedang ngopi starbucks di depan mata...

Dan.. begitu saja. Haha.
-------------------------------------------->

Oke. Masuk ke pokok bahasan...
Tidak banyak yang bisa saya ceritakan tentang buku di sini.

Entahlah.
Ia adalah si tak hidup yang menggairahkan dan membosankan.
Tak perasa yang menyakitkan dan menggembirakan.
Perjalanan sekaligus tempat berdiam.
Tutur yang mampu melintasi jaman.
Rapuh yang membakar.
Begitulah.

Entah sejak kapan “membaca” jadi salah satu bahan wajib untuk diisi di kolom hobi. Dengar-dengar, orang yang hobi baca itu keren. Nah, mungkin sejak itulah saya memutuskan untuk menjadi salah satu orang keren di dunia ini. Namun, meski demikian saya nggak memaksakan diri untuk membaca setiap buku yang baru keluar atau sedang ramai dibicarakan. Saya bukan editor, tetapi penikmat karya baik fiksi maupun non fiksi, sastra maupun non sastra. Maka, sebagaimana penikmat kopi, saya juga pilih-pilih jenis kopi mana yang mau saya sruput.

Buku pertama atau mungkin lebih tepatnya yang sering saya baca sewaktu kecil selain buku belajar membaca dan berhitung adalah buku-buku semacam 25 nabi, kisah nabi khidir, dan siksa api neraka (ini buku serem banget nggak sih? Anak 90-an pasti paham deh, haha). Buku-buku itu dibelikan oleh ayah tercinta. Kalau nggak salah ingat belinya di alun-alun. Harganya masih empat digit.

Kenapa suka buku? Saya pernah cicit cuit di twitter (@master_bee-_hiro) begini...

      when I lost my sight, the book saved me

buku? karena ia mengijinkanq menikmati gunung yg mungkin tak sempat kujejaki. hutan utk kujelajahi, atau sungai yg deras dan keruhnya kusegani

Oleh sebab itulah, kalau ada buku yang difilmkan, saya lebih memilih baca bukunya dulu baru nonton filmnya. Kenapa? Karena visualisasi yang dibuat oleh sang sutradara berpotensi merusak seindah-indahnya bahkan seburuk-buruknya imajinasi yang sudah saya bangun dengan susah payah.

Well, ini dia lima buku yang cukup mempengaruhi saya sementara ini...
1.         Sokola Rimba – karya Butet Manurung
Semua bagian adalah favorit. Tapi yang paling favorit adalah surat wasiat yang ia tulis saat pertama kali datang ke lingkungan orang rimba dan harus tidur sendirian di kedalaman hutan. Kocak.
Ya, saya suka model tulisan seperti ini. Lihat saja buku favorit kedua saya ini...
2.         Anak-Anak Angin – karya Bayu Adi Persada
I love how he overcome every obstacle to teach the kids and gave them the best experience as children and student.
3.        Into the Wild – karya Jon Krakauer
Buku ini pernah saya bahas sebelumnya. Tulisan ini membuat saya jatuh hati dengan penulis dan jurnalistik.
4.        Citizen Journalism – karya Pepih Nugraha
Melalui buku ini saya jadi lebih bersemangat nge-blog. Yah, meski begini-begini saja. Haha. Kesimpulannya, dunia jurnalistik sekarang bukan hanya milik jurnalis arus utama.
5.        Edensor – karya Andrea Hirata
Satu-satunya karya Andrea Hirata yang saya baca secara utuh dan bikin ketawa dari awal hingga akhir.


Oke. Itu saya. Kalau kamu?

Sunday 14 February 2016

MANUAL

Tuhan tidak menciptakan manusia tanpa petunjuk perawatan dan penggunaan manual. Ya, seperti mainan atau barang elektronik yang kita beli itu. Hanya saja kita sering sok pintar, enggan membaca petunjuk manual, dan hanya coba-coba. Kalau sudah ada yang rusak barulah menyesal dan kelimpungan mencari si manual. Apa petunjuk manual bagi si manusia? AlQuran dan AsSunnah.

Beruntung Tuhan menciptakan sistem taubat. Sebuah sistem garansi bagi yang mau menukar mainan rusaknya dengan yang baru. Hanya saja, sebagaimana kartu garansi berlaku, Tuhan menetapkan syarat-syaratnya agar taubat dapat diterima. Jika garansi hanya bisa di toko resmi, maka taubat hanya diterima jika kita datang kepada Allah yang satu, bukan ke yang lain. Kalau garansi toko biasanya setahun, maka garansi Allah ini seumur hidup sebelum sakaratul maut datang. Bedanya, kita bisa menghitung panjang tahun, tetapi tak pernah tahu kapan maut hadir.    
ana J. 2016.02.14