Langit Jogja pagi hari: 23 Ramadhan 1438 H
Gimana nih kabarnya? Kejar terus ya
target Ramadhanmu...
Siapa
yang belum punya aplikasi ojek online di smartphone-nya?
Sayaaaaaa. Tapi bukan berarti saya belum pernah naik ya. Pertama kali pakai
jasa ojek online adalah waktu menuju ke Stasiun Senen, Jakarta. Sekarang kan
sudah lebih canggih lagi tuh. Tidak hanya motor, tapi juga ada mobil, pesan
antar makanan, dll. Itu lho.. kayak di channel sebelah..
Nah,
di Ramadhan tahun ini lah pertama kalinya saya merasakan naik taksi online. Berasa orang kaya, dari kampus mau ke kontrakan aja bisa ganti mobil 2 kali. Ndeso ya, haha.
Siang
itu, saya dan seorang teman yang sama-sama tak punya motor memilih menggunakan
jasa taksi online karena jauh, panas, dan bawa banyak kardus. Kardus kosong buat packing barang-barang. Untunglah dia punya aplikasinya dan punya deposit buat bayar
ongkosnya.
Pencet-pencet-pencet, dan... uwala... sampailah kami di tujuan.
Nggak
langsung pulang, tapi mampir supermarket dan belanja dulu. Terus...
Pencet-pencet-pencet
lagi, dan... sampailah kami di kontrakan.
Kalau dulu ada jaman megalitikum, abad ini
adalah jaman megajempolum. Perlu apa
aja tinggal pencet pake jempol. Dijaga dan dirawat baik-baik ya jempolnya J
***
Siang
itu, mukena belum dilepas rapi, tapi kami sudah serius berdiskusi. Nanti menu
makannya apa ya? Hoho, begitulah orang yang berpuasa. Ba’da dhuhur udah mikir
nanti pas buka mau makan apa. Usulan muncul, lalu...
Jempol pun kembali beraksi.
Setengah
lima sore, handphone kawanku ramai telpon masuk dari satu driver ke driver lainnya
yang tanya dimana tepatnya posisi rumah kami. Kami pun bersiap menyambut
datangnya makanan-makanan yang dipesan. Tom yam kepala ikan, ayam goreng
kremes, dan makaroni pedas. Oops, maaf ya, kuatkan iman bagi yang baca part ini siang-siang J
Sebanyak menu yang kami pesan, sebanyak itulah tukang ojek yang datang. Satu
datang dari timur, yang lain dari barat, dan satu lagi harus dikejar-kejar ke
ujung gang karena bablas aja nglewatin kontrakan.
Oh
iya, masa-masa berbahagia berburu takjil di masjid-masjid sekitar kampus sudah
lama berlalu bagi kami. Biarlah sekarang menjadi jatah bagi adik-adik kami.
Haha.
That's it. That's how my Ramadhan goes online this year.
Hayo, nanti sore mau buka pakai apa?
***
Epilog:
Pengantar
pertama datang. Tergesa-gesa turun dari motor dan meminta maaf karena aplikasi maps yang kemungkinan eror sehingga bingung
mencari alamat dan akhirnya agak terlambat. Kami yang celingukan di depan pintu
ragu-ragu bertanya,
“Ini
yang ayam ya, Pak?”
Air
muka Si Bapak langsung berubah. Dalam hati mungkin langsung berkata: aduh ya
ampun salah alamat nih, padahal udah seneng akhirnya ketemu juga rumah ini.
“Oh,
ini... kepala ikan.”
“Nah,
iya Pak, betul.”
Si Bapak langsung lega.
Tunai sudah tugasnya. Hahaha.
Nggak tau lah Si Bapak ini kalau kami juga
menunggu pengantar yang lain.