Sunday 18 June 2017

CATATAN RAMADHAN [2]: Ramadhan Goes Online

Langit Jogja pagi hari: 23 Ramadhan 1438 H


Gimana nih kabarnya? Kejar terus ya target Ramadhanmu...

Siapa yang belum punya aplikasi ojek online di smartphone-nya? Sayaaaaaa. Tapi bukan berarti saya belum pernah naik ya. Pertama kali pakai jasa ojek online adalah waktu menuju ke Stasiun Senen, Jakarta. Sekarang kan sudah lebih canggih lagi tuh. Tidak hanya motor, tapi juga ada mobil, pesan antar makanan, dll. Itu lho.. kayak di channel sebelah..

Nah, di Ramadhan tahun ini lah pertama kalinya saya merasakan naik taksi online. Berasa orang kaya, dari kampus mau ke kontrakan aja bisa ganti mobil 2 kali. Ndeso ya, haha.

Siang itu, saya dan seorang teman yang sama-sama tak punya motor memilih menggunakan jasa taksi online karena jauh, panas, dan bawa banyak kardus. Kardus kosong buat packing barang-barang. Untunglah dia punya aplikasinya dan punya deposit buat bayar ongkosnya.

Pencet-pencet-pencet, dan... uwala... sampailah kami di tujuan.
Nggak langsung pulang, tapi mampir supermarket dan belanja dulu. Terus...

Pencet-pencet-pencet lagi, dan... sampailah kami di kontrakan.
Kalau dulu ada jaman megalitikum, abad ini adalah jaman megajempolum. Perlu apa aja tinggal pencet pake jempol. Dijaga dan dirawat baik-baik ya jempolnya J
***

Siang itu, mukena belum dilepas rapi, tapi kami sudah serius berdiskusi. Nanti menu makannya apa ya? Hoho, begitulah orang yang berpuasa. Ba’da dhuhur udah mikir nanti pas buka mau makan apa. Usulan muncul, lalu...

Jempol pun kembali beraksi.

Setengah lima sore, handphone kawanku ramai telpon masuk dari satu driver ke driver lainnya yang tanya dimana tepatnya posisi rumah kami. Kami pun bersiap menyambut datangnya makanan-makanan yang dipesan. Tom yam kepala ikan, ayam goreng kremes, dan makaroni pedas. Oops, maaf ya, kuatkan iman bagi yang baca part ini siang-siang J


Sebanyak menu yang kami pesan, sebanyak itulah tukang ojek yang datang. Satu datang dari timur, yang lain dari barat, dan satu lagi harus dikejar-kejar ke ujung gang karena bablas aja nglewatin kontrakan.

Oh iya, masa-masa berbahagia berburu takjil di masjid-masjid sekitar kampus sudah lama berlalu bagi kami. Biarlah sekarang menjadi jatah bagi adik-adik kami. Haha.

That's it. That's how my Ramadhan goes online this year. 
Hayo, nanti sore mau buka pakai apa?
***

Epilog:

Pengantar pertama datang. Tergesa-gesa turun dari motor dan meminta maaf karena aplikasi maps yang kemungkinan eror sehingga bingung mencari alamat dan akhirnya agak terlambat. Kami yang celingukan di depan pintu ragu-ragu bertanya,

“Ini yang ayam ya, Pak?”

Air muka Si Bapak langsung berubah. Dalam hati mungkin langsung berkata: aduh ya ampun salah alamat nih, padahal udah seneng akhirnya ketemu juga rumah ini.

“Oh, ini... kepala ikan.”

“Nah, iya Pak, betul.”

Si Bapak langsung lega. Tunai sudah tugasnya. Hahaha. 
Nggak tau lah Si Bapak ini kalau kami juga menunggu pengantar yang lain.

Friday 2 June 2017

CATATAN RAMADHAN [1]: Ya Allah, Jadikan Kami Ahlul Qur’an

Alhamdulillah, masuk hari ke 7 Ramadhan 1438 H. Bagaimana setelah satu pekan berjalan, kawan? Masih semangat dong…? Semoga selalu dimudahkan mencapai target ramadhan tahun ini ya.. dan kita diridhoi Allah untuk menjadi golongan orang-orang yang bertakwa dan beruntung.. Aamiin.

Edisi bulan ini akan saya mulai dengan membagikan sedikit catatan yang saya peroleh saat mendengarkan kajian atau bedah buku Ustadz Abdul Aziz Abdur Rauf, Lc. Buku tersebut berjudul “Ya Allah, Jadikan Kami Ahlul Qur’an” seri 1 dan 2. Saya sendiri belum pernah membaca dua buku itu, maka bisa jadi informasi berikut tidak terlalu banyak menggambarkan isinya, tetapi semoga catatan yang sedikit ini bisa bermanfaat dan menambah semangat kita untuk menjalani Ramadhan sampai akhir dengan selalu berusaha mendekatkan diri pada Al-Qur’an.

Rasulullah saw bersabda,

“Sesungguhnya Allah mempunyai keluarga di antara manusia,” para sahabat bertanya, “ Siapakah mereka ya Rasulullah?” Rasul menjawab, “Para Ahlul Qur’an. Merekalah keluarga Allah dan hamba pilihanNya.” [H.R. Ahmad]

Bagaimana kita bisa menjadi bagian dari ahlul Qur’an, yaitu orang yang senantiasa membaca, menghafal, dan mengamalkan Al-Qur’an? Berikut beberapa pesan dan tips dari Ust. Abdur Rauf:

1.      Iman.
Allah swt lah yang menurunkan Al-Qur’an dan menjaganya hingga akhir zaman, maka seseorang yang ingin menjadi ahlul Qur’an sudah sepatutnya takut dan meminta hanya kepada Allah swt.

“Sesungguhnya orang-orang yang beriman adalah mereka yang apabila disebut nama Allah gemetar hatinya, dan apabila dibacakan ayat-ayatNya kepada mereka, bertambah (kuat) imannya dan hanya kepada Allah mereka bertawakal,” [Q.S. Al-Anfal:2]

2.      Jangan pesimis.
Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu, sebagaimana digambarkan dalam ayat,

“… Lihatlah tulang-belulang (keledai itu), bagaimana Kami menyusunnya kembali, kemudian Kami membalutnya dengan daging,” [Q.S. Al-Baqarah:259]

Dengan perumpamaan yang demikian sukar bagi akal manusia, maka tidaklah sulit bagi Allah untuk kemudian menjadikan kita sebagai penghafal Al-Qur’an, menjadi ahlul Qur’an. Insya Allah. Jadikan do’a sebagai senjata utama selain usaha kita agar senantiasa didekatkan oleh Allah swt kepada Al-Qur’an.

Ya Allah jadikan aku, keluargaku, dan keturunanku sebagai ahlul Qur’an.
Ya Allah, tolonglah aku menjadi Ahlul Qur’an.

Allah swt dekat dengan orang-orang yang berdo’a dan selalu mengingatNya, maka:
  •          Berdoalah, dan
  •          Tumbuhkan keyakinan yang tinggi pada Al-Qur’an tanpa sedikitpun keraguan.

3.      Perbanyak interaksi.
Tips untuk yang menghafal Al-Qur’an kemudian lupa hafalannya, maka ulangilah hafalan itu lebih dari 300 kali. Insya Allah, dengan bersabar, memperbanyak interaksi dengan Al-Qur’an dan membacanya berulang-ulang, maka Allah akan mudahkan hafalan kita.

4.      Allah yang benar dan yang berbohong adalah akal saya.
Jika merasa sulit membaca atau menghafal Al-Quran, janganlah patah semangat. Tetapkan dan luruskan niat, sebab rasa malas dan mudah menyerah itu datangnya dari rayuan setan. Sementara setan berkata,

“Dan setan berkata ketika perkara (hisab) telah diselesaikan, ‘Sesungguhnya Allah telah menjanjikan kepadamu janji yang benar dan aku pun telah menjanjikan kepadamu, tetapi aku menyalahinya. Tidak ada kekuasaan bagiku terhadapmu, melainkan (sekedar) aku menyeru kamu lalu kamu mematuhi seruanku, oleh sebab itu janganlah kamu mencerca aku, tetapi cercalah dirimu sendiri. Aku tidak dapat menolongmu dan kamu pun tidak dapat menolongku. Sesungguhnya aku tidak membenarkan perbuatanmu mempersekutukan aku (dengan Allah) sejak dahulu.’ Sungguh orang yang zalim akan mendapat siksaan yang pedih.” [Q.S. Ibrahim:22]


Wallahua’lam bisshawab.