Penulis : Pandji Pragiwaksono
Penerbit : Bentang
Tahun
terbit : 2016
Tebal : 182 halaman
Buku
cetakan 2016 ini akhirnya saya beli akhir tahun 2018. Buku Pandji yang pertama saya
baca. Buku pertama yang
selesai saya baca (dalam satu hari) di tahun 2019 tepatnya tanggal 5 Januari. Pas
banget jadi pembuka tahun penuh perhatian ini. Ketika saya sebagai seorang
dewasa diharuskan (memang seharusnya) belajar sebelum mengambil hak sekaligus
melaksanakan kewajiban sebagai warga negara Indonesia untuk memilih pemimpin. Untuk
informasi, Pandji akan menerbitkan buku baru di bulan Maret yang akan membahas
pengalamannya terjun di dunia politik. Sepertinya saya akan beli dan baca juga
yang ini. Insya Allah.
Tulisan
Pandji bisa dibaca di laman blog-nya Pandji.com. Tetapi bagi saya punya buku
fisik itu masih tetap lebih asik. Saya baru “kenalan” dengan Pandji lewat video-video
di kanal youtubenya yang akhir-akhir ini banyak saya dengarkan dan subscribe
(karena subscribe itu gratis, hahaha). Kenapa saya mulai mendengarkan dia?
Karena sebagai orang awam saya mendapatkan informasi-informasi cukup penting
(bagi saya) yang disampaikan dengan menarik. Mungkin juga karena saya suka gaya
bicara dan gaya penulisan yang kritis tapi santai. Inilah buku kedua yang setelah
membacanya membuat saya ingin menulis lagi. Menulis apa saja, sebab “Jangan
pernah menganggap remeh apapun yang Anda tahu. Sebab di tangan orang lain,
informasi itu bisa jadi penting” (bab: unless, halaman 4).
Nah,
apalagi dia suka bahas isu-isu Indonesia terkini. Saya jadi ada bahan buat
mikir. Jadi ada bahan untuk bilang “Oh ya? Jadi gitu? Koq aq nggak tahu ya. Kemana
aja selama ini. Ini orang ngomongin siapa sih. Bener juga dia. Ah, tapi nggak
sepakat sama yang ini. Haha, lucu ni orang”. Yah, semacam itulah. Beberapa video
lain sejenis yang lebih enak didengarkan daripada dilihat adalah Dunia Manji
dan Gita Savitri Devi di segmen PagiPagi dan Beropini. Untuk podcast bisa deh
coba dengerin Podcast Subjective dari Iqbal Hariadi atau Sheggario punya Ario
Pratomo.
Oke,
balik ke buku.
Ini
dia beberapa bagian favorit saya dari buku ini:
Bab
favorit:
“Unless”
Bab
ini yang membuat saya balik kanan pengen berbagi pengalaman lewat tulisan lagi.
“Belajar
dari Seinfeld”
Baca
bab ini dan bab “Come Out and Play” saya jadi ingat kenapa saya jadi suka
nonton bola. Karena saya akhirnya menangkap pelajaran penting bahwa ketika kamu
gagal menggiring bola bahkan melakukan kesalahan fatal semacam melakukan gol
bunuh diri, kamu harus tetap kembali fokus bermain untuk menang hingga peluit
akhir berbunyi. D**n.
Kutipan
favorit:
“orang
jahat akan menang kalau semua orang baik membalas dendam dengan cara yang sama
jahatnya.” (halaman 39)
*Buku
sebelumnya adalah Citizen Journalism karya Pepih Nugraha terbitan Kompas