Penulis : Tetsuko Kuroyanagi
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Tahun terbit : Januari 2017 (cetakan ke-22)
Tebal : 272 halaman
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Tahun terbit : Januari 2017 (cetakan ke-22)
Tebal : 272 halaman
Sebuah buku
lama yang saya baca sewaktu SMA. Saya masih ingat kesan terhadap buku ini, tapi
lupa detil ceritanya. Seingat saya buku ini bercerita tentang gadis kecil yang
harus pindah sekolah karena keunikan pribadinya sulit diterima oleh para guru
di sekolah lamanya. Kemudian ia diterima di sebuah sekolah yang membuatnya
nyaman dengan guru yang kreatif dan bisa memahami dunia belajar anak-anak
dengan sangat baik. Nah, karena ingatan itu pendek dan saya juga mau belajar
lagi bagaimana menghadapi anak-anak dengan berbagai karakternya, bagaimana cara
Kepala Sekolah Tomoe Gakuen membuat Totto chan yang selalu aktif mau kembali berkonsentrasi
belajar, maka saya putuskan untuk membeli dan membacanya lagi.
Kisah masa
kecil Tetsuko Kuroyanagi dan sekolahnya ini membangkitkan jiwa anak-anak sekaligus
pembelajaran berharga bagi pribadi dewasa dalam diri saya. Jiwa anak-anak yang
ingin belajar dengan bebas, tak takut salah, dan punya rasa ingin tahu yang
tinggi. Berperilaku apa adanya dalam usaha mencari jawaban dan kebenaran.
Kepolosan dan keriangan khas anak-anak. Sedangkan sebagai orang dewasa, saya
harus ikut memperhatikan lingkungan tempat tumbuh kembang seorang anak sehingga
ia bisa mengoptimalkan potensi alami yang ada dalam dirinya. Tidak memaksakan
ia tumbuh menjadi seperti yang diingingkan orang lain, tetapi tugas orang tua
dan guru adalah mengarahkan bakat, minat, dan kemampuan anak menuju pribadi
dewasa yang hebat.
Saya suka
dengan cara Mr. Kobayashi, pendiri sekaligus kepala sekolah Tomoe Gakuen, berbicara
kepada Totto chan dengan selalu mengatakan, “Kau benar-benar anak baik, kau
tahu itu, kan?” Tanpa disadari ucapan yang diulang-ulang itu akan membentuk
pribadi anak. Betapa pentingnya kita memperhatikan setiap ucapan terhadap anak.
Perkataan yang baik akan membuatnya nyaman terhadap dirinya sendiri. Sebaliknya,
label yang buruk terhadap pribadi seorang anak akan membuatnya tumbuh tanpa
rasa percaya diri. Demikian beberapa pemerhati anak menyampaikan. Tetapi pujian
pun sebaiknya juga diberikan sewajarnya, tidak berlebihan. Sebagaimana jika
anak-anak melakukan sesuatu yang buruk kemudian menyadari kesalahannya, Kepala
Sekolah akan berkata, “Sekarang, minta maaf.”
Saya tidak suka
anak-anak tumbuh dengan kebohongan dan juga dimarahi atas sesuatu yang belum ia
mengerti. Anak-anak membutuhkan penjelasan yang baik, pelajaran dan pengalaman
pertama yang akan mereka ingat selamanya. Saya suka bagaimana Mama dan Papa
menyikapi saat Totto-chan ingin memelihara anak ayam. Mama dan Papa menjelaskan
alasan mengapa sebaiknya Totto chan tidak memelihara mereka dan apa resikonya
jika tetap ingin memelihara. Tidak melarang tanpa alasan. Kemudian saat seorang
anak “Lalu.. Uh..” tak bisa berbicara di hadapan kawan-kawannya, Kepala Sekolah
tidak lantas marah atau menunjukkan sikap kecewa, tetapi justru dengan sabar
membimbingnya hingga akhirnya ia bisa berbicara dan menceritakan sesuatu.
Hmm.. oh ya catatan
terakhir, ada dua bab yang mungkin akan saya hilangkan ketika memberikan buku ini
kepada anak-anak atau setidaknya mendampingi saat membaca bab tersebut, yaitu “Kolam
Renang” dan “Hari Olahraga”. Sebenarnya lebih karena alasan ingin menjaga anak
dari pemahaman yang kurang sesuai dengan nilai-nilai agama dan membayangkan
hal-hal yang kurang pantas. Penasaran? Hehe, coba baca saja, nanti juga yang
paham akan tahu. Peace J . Ini murni
pendapat pribadi saja.
Selamat belajar dan berbahagia untuk kalian jiwa-jiwa perindu
surga!
Salam hangat untuk guru-guru yang
mau terus belajar dan mengajar dengan penuh cinta!
Semoga selalu terjaga dan bahagia
untuk kalian anak-anak manis!
No comments:
Post a Comment