Monday 1 May 2017

"TOTTO-CHAN: GADIS CILIK DI JENDELA"


Penulis            : Tetsuko Kuroyanagi
Penerbit          : Gramedia Pustaka Utama
Tahun terbit   : Januari 2017 (cetakan ke-22)
Tebal               : 272 halaman

Sebuah buku lama yang saya baca sewaktu SMA. Saya masih ingat kesan terhadap buku ini, tapi lupa detil ceritanya. Seingat saya buku ini bercerita tentang gadis kecil yang harus pindah sekolah karena keunikan pribadinya sulit diterima oleh para guru di sekolah lamanya. Kemudian ia diterima di sebuah sekolah yang membuatnya nyaman dengan guru yang kreatif dan bisa memahami dunia belajar anak-anak dengan sangat baik. Nah, karena ingatan itu pendek dan saya juga mau belajar lagi bagaimana menghadapi anak-anak dengan berbagai karakternya, bagaimana cara Kepala Sekolah Tomoe Gakuen membuat Totto chan yang selalu aktif mau kembali berkonsentrasi belajar, maka saya putuskan untuk membeli dan membacanya lagi.

Kisah masa kecil Tetsuko Kuroyanagi dan sekolahnya ini membangkitkan jiwa anak-anak sekaligus pembelajaran berharga bagi pribadi dewasa dalam diri saya. Jiwa anak-anak yang ingin belajar dengan bebas, tak takut salah, dan punya rasa ingin tahu yang tinggi. Berperilaku apa adanya dalam usaha mencari jawaban dan kebenaran. Kepolosan dan keriangan khas anak-anak. Sedangkan sebagai orang dewasa, saya harus ikut memperhatikan lingkungan tempat tumbuh kembang seorang anak sehingga ia bisa mengoptimalkan potensi alami yang ada dalam dirinya. Tidak memaksakan ia tumbuh menjadi seperti yang diingingkan orang lain, tetapi tugas orang tua dan guru adalah mengarahkan bakat, minat, dan kemampuan anak menuju pribadi dewasa yang hebat.

Saya suka dengan cara Mr. Kobayashi, pendiri sekaligus kepala sekolah Tomoe Gakuen, berbicara kepada Totto chan dengan selalu mengatakan, “Kau benar-benar anak baik, kau tahu itu, kan?” Tanpa disadari ucapan yang diulang-ulang itu akan membentuk pribadi anak. Betapa pentingnya kita memperhatikan setiap ucapan terhadap anak. Perkataan yang baik akan membuatnya nyaman terhadap dirinya sendiri. Sebaliknya, label yang buruk terhadap pribadi seorang anak akan membuatnya tumbuh tanpa rasa percaya diri. Demikian beberapa pemerhati anak menyampaikan. Tetapi pujian pun sebaiknya juga diberikan sewajarnya, tidak berlebihan. Sebagaimana jika anak-anak melakukan sesuatu yang buruk kemudian menyadari kesalahannya, Kepala Sekolah akan berkata, “Sekarang, minta maaf.”

Saya tidak suka anak-anak tumbuh dengan kebohongan dan juga dimarahi atas sesuatu yang belum ia mengerti. Anak-anak membutuhkan penjelasan yang baik, pelajaran dan pengalaman pertama yang akan mereka ingat selamanya. Saya suka bagaimana Mama dan Papa menyikapi saat Totto-chan ingin memelihara anak ayam. Mama dan Papa menjelaskan alasan mengapa sebaiknya Totto chan tidak memelihara mereka dan apa resikonya jika tetap ingin memelihara. Tidak melarang tanpa alasan. Kemudian saat seorang anak “Lalu.. Uh..” tak bisa berbicara di hadapan kawan-kawannya, Kepala Sekolah tidak lantas marah atau menunjukkan sikap kecewa, tetapi justru dengan sabar membimbingnya hingga akhirnya ia bisa berbicara dan menceritakan sesuatu.

Hmm.. oh ya catatan terakhir, ada dua bab yang mungkin akan saya hilangkan ketika memberikan buku ini kepada anak-anak atau setidaknya mendampingi saat membaca bab tersebut, yaitu “Kolam Renang” dan “Hari Olahraga”. Sebenarnya lebih karena alasan ingin menjaga anak dari pemahaman yang kurang sesuai dengan nilai-nilai agama dan membayangkan hal-hal yang kurang pantas. Penasaran? Hehe, coba baca saja, nanti juga yang paham akan tahu. Peace J . Ini murni pendapat pribadi saja.


Selamat belajar dan berbahagia untuk kalian jiwa-jiwa perindu surga!
Salam hangat untuk guru-guru yang mau terus belajar dan mengajar dengan penuh cinta!
Semoga selalu terjaga dan bahagia untuk kalian anak-anak manis!

No comments:

Post a Comment