Sunday 23 September 2012

PRIORITAS

Fenomena alam yang sering dijumpai saat proses belajar adalah semakin banyak kita belajar, maka (yakinlah) semakin kita merasa tidak tahu. Banyak sekali hal-hal menakjubkan di dunia ini. Membuat kita terkesima dan ingin tahu. Kemudian berakhir dengan pertanyaan “Apa yang harus saya pelajari sekarang?Buku mana yang perlu saya baca”, sambil memandangi tumpukan buku dan catatan di atas meja kecil yang reyot (dramatic mode: on).

Kawan, segala kesempurnaan kita sebagai manusia memiliki keterbatasan. Hanya Allah lah satu-satunya zat yang Maha Sempurna. Oleh karena itu dalam hidup ini kita diberi pilihan. Saya kurang sepakat kalau ada yang mengatakan “sudah tak ada pilihan”. Saat kita mengatakannya pun, sadar atau nggak, kita memilih untuk mengucapkannya atau tidak. Ya kan?hehe. Pilihan-pilihan tersebut disediakan karena kita tidak akan mampu melakukan semua hal yang ingin kita lakukan atau menguasai semua hal yang ingin kita pelajari dalam satu waktu. Oleh karena itu, prioritas perlu dibuat. Apakah pagi ini saya harus melanjutkan tidur, mencuci baju, jalan-jalan, atau menghadiri kuliah.

Jangankan kita sebagai manusia berakal yang harus membuat prioritas, tumbuhan yang nggak bisa jalan-jalan dan bicara saja melakukannya. Saat menuju dewasa tumbuhan tidak meneruskan keinginannya untuk tumbuh tinggi demi sinar matahari tetapi ia memilih untuk memperbanyak pertumbuhan lateral alias program penggemukan badan. Agar memungkinkan inisiasi bunga yang merupakan alat penting untuk regenerasi, pertumbuhan tunas diturunkan dengan peningkatan produksi asam absisat (ABA). Subhanallah. Demikianlah sunnatullah, hukum-hukum Allah, yang bermanfaat bagi orang-orang yang mau berpikir.

Sebagaimana dikutip dari tulisan Dr. Yusuf Qardhawi berikut, yang dimaksud dengan memprioritaskan ialah meletakkan segala sesuatu pada peringkatnya dengan adil, dari segi hukum, nilai, dan pelaksanaannya. Pekerjaan yang mula-mula dikerjakan harus didahulukan, berdasarkan penilaian syari'ah yang shahih, yang diberi petunjuk oleh cahaya wahyu, dan diterangi oleh akal.

Sehingga sesuatu yang tidak penting, tidak didahulukan atas sesuatu yang penting. Sesuatu yang penting tidak didahulukan atas sesuatu yang lebih penting. Sesuatu yang tidak kuat (marjuh) tidak didahulukan atas sesuatu yang kuat (rajih). Dan sesuatu "yang biasa-biasa" saja tidak didahulukan atas sesuatu yang utama, atau yang paling utama.

Sesuatu yang semestinya didahulukan harus didahulukan, dan yang semestinya diakhirkan harus diakhirkan. Sesuatu yang kecil tidak perlu dibesarkan, dan sesuatu yang penting tidak boleh diabaikan. Setiap perkara mesti diletakkan di tempatnya dengan seimbang dan lurus, tidak lebih dan tidak kurang. Sebagaimana difirmankan oleh Allah SWT: "Dan Allah SWT telah meninggikan langit dan Dia meletakkan neraca (keadilan). Supaya kamu jangan melampaui batas tentang neraca itu. Dan tegakkanlah timbangan itu dengan adil dan janganlah kamu mengurangi neraca itu." (ar-Rahman:7-9) http://media.isnet.org/islam/Qardhawi/Prioritas/Pendahuluan1.html (1 of 7)20/10/2004 6:45:12

Nah kawan, untuk memulai menentukan prioritas, hal paling penting untuk diperhatikan adalah visi atau target atau tujuan. Kembali lagi, saat sekolah atau kuliah, apa tujuan besar kita apakah sekedar mengisi absen, mendengarkan guru atau dosen, atau jutru mengisi kelas (-_-, bingung ya, haha). Apapun tujuan kita, itulah yang akan mempengaruhi kita menentukan setiap pilihan yang kita ambil. Sebab setiap pilihan yang kita ambil kemarin menentukan siapa dan di mana kita saat ini, dan apa yang akan kita pilih hari ini sedikit demi sedikit akan menggiring kita pada masa depan yang kita prasangka-kan. Wallahua’lam.

Hidup itu nggak harus dibuat berat tetapi juga nggak going with the flow. Ia kalau flow-nya ke tempat yang enak, dari selokan ke sungai yang gedhe, jernih, and nggak mampat. Kalau jurusannya justru ke kali mampat, bau, and tempat buat ..... (tiiiit: sensor). So, selamat melanjutkan belajarnya, pilih buku mana saja yang mau kamu baca, and start to make the flow not just following.

No comments:

Post a Comment