Saturday 27 October 2012

JOGJA LIBRARY CENTER

Pukul sebelas siang. Sarapan sekaligus makan siang yang menyenangkan di atas bus kopata dengan sepotong roti dan sekotak susu mocca. Karena bosan sekali dengan suasana dan pemandangan kampus dan kos, akhirnya kuputuskan jalan-jalan sebentar ke pusat kota Yogyakarta. Jogja Library Center di Malioboro-lah tempat singgah yang pas. Haha. Yup, bukan jalan malioboro-nya yang ramai atau rumah makan dan mall. Tepatnya di jalan Malioboro no. 175.

Hal menarik pertama yang terasa adalah kontrasnya suasana di dalam ruangan perpustakaan dan di sepanjang jalan dan lorong trotoar malioboro yang hanya tersekat oleh pintu kaca. Di dalam suasananya amat tenang. Hm, boleh juga dibilang sepi. Tapi siang itu memang sepi, hanya ada beberapa petugas, 2 pengunjung di lantai bawah dan 2 di lantai atas. Keheningan itu terkadang terasa amat menyenangkan, terutama setelah kebisingan demi kebisingan keluar masuk telinga.

Baiklah, mari kita lanjutkan menjelajah ruang hening ini. Ada lemari khusus untuk menyimpan tas di sebelah kanan pintu masuk, di bawah tangga. Kunci lemari pertama di hari perdana kunjunganku itu bernomor enam. Di lantai bawah, teman-teman bisa menemukan bendel berbagai koran ternama dari berpuluh tahun lalu. Belum tahu pasti mulai dari tahun berapa, tapi yang jelas bendel-bendel koran itu tua banget. Di tengah ruangan ada sekotak kayu, maksudnya bagian ruangan berbentuk kotak dengan lantai kayu untuk tempat baca. Eits, alas kaki harus di lepas ya.


Gambar 1. Ruangan lantai 1 dari tangga lantai 2


Sekilas memandang, nah akhirnya ada yang menarik di ujung ruangan. Setelah melewati ruangan dengan beberapa komputer, kita akan sampai di Kyoto Book Corner. Di pojok ini, kita bisa membaca berbagai buku dari negeri matahari terbit. Majalah, buku teks, jurnal, dll. Kebanyakan ditulis dalam huruf jepang, sebagian berbahasa Inggris. Bikin ngiler pas ngintip majalah penuh gambar sushi dan teh jepang. Yummy. Sekitar satu jam akhirnya terlewati di ruangan merah ini.



Gambar 2. Kyoto Book Corner

Tidak kalah seru di lantai dua. Setelah bertanya pada pak satpam,memastikan lantai dua masih bagian dari perpustakaan,kunaiki anak tangga dari kayu. Cilukba! Wuih, luas. Semua lantainya kayu-kalau nggak salah injak. Suasana masih hening dengan lantai berdecit merdu. Kalau di bawah tempat bacanya lesehan, kecuali pojok buku Nippon, di atas banyak kursi dan meja. Bahkan ada 5 ruang diskusi yang menjadi perhatian pertamaku di lantai dua. Menarik. Seperti ruangan privat untuk sekitar 4 orang di balik pintu jaman belanda dengan meja kayu bundar. Cahaya cukup memadai dengan jendela yang lebar di tiap ruangan. Sedangkan di ruang utama ada meja panjang dengan beberapa kursi yang nyaman.



Gambar 3. The Books on The Shelves

Koleksi di lantai dua didominasi buku-buku tentang Jogja di Pojok Jogjasiana. Ada juga ruangan untuk menyimpan koran dan majalah yang belum dibendel rapi. Di sekeliling ruang tengah berjajar buku-buku sejarah nusantara. Ingin tahu kepercayaan-kepercayaan di balik kain lurik, ensiklopedi wayang, sejarah kraton, atau serat-serat jaman jawa kuno? Atau tertarik majalah-majalah pertanian jaman Belanda? Lantai dua tempatnya. Ada pula buku yang membahas kebudayaan di luar Jawa.

Intinya adalah, dari hasil kunjungan pertama saya yang nggak lebih dari 2,5 jam, tempat ini saya rekomendasikan sebagai salah satu tempat nongkrong yang asyik di Yogyakarta. Semoga cerita singkat ini menarik dan membuat teman-teman tertarik berkunjung ke perpustakaan. Mari budayakan main dan membaca.

No comments:

Post a Comment