Thursday 5 February 2015

Bicara Persoalan Hak Orang Lain Bisa Dimulai dari Perempatan

Beberapa kali mengalami kejadian tidak menyenangkan di perempatan membuat saya jadi lebih memperhatikan perihal perempatan dan para penghuninya. Hal berikut sangat perlu untuk diperhatikan bersama karena tanpa sadar kita telah melanggar hal-hak orang lain di sekitar kita dengan melanggar peraturan yang ada.
1.         Garis batas
Ini termasuk masalah kecil dibandingkan persoalan garis batas wilayah negara, tapi bukan berarti tidak menyangkut hajat hidup orang banyak.
Perhatikan saja, baik di tepi kanan maupun kiri barisan kendaraan. Meskipun cat garis batas masih sangat cetho alias jelas, tetap saja satu per satu motor dari arah belakang mencoba mengambil kesempatan dalam kesempitan. Maka motor-motor pun tumpah ruah, meluber ke samping.
Tahukah bahwa perbuatan itu membuat hak orang lain dari arah berlawanan terhadap badan jalan raya jadi tak terpenuhi? Tidakkah menjadi sebuah dosa besar menyebabkan hal itu terjadi terus-menerus? Juga, pastilah kesal orang yang harusnya bisa belok kiri langsung jadi harus berhenti karena terhalang oknum-oknum tak bertanggungjawab yang nyerobot ingin menempati pole position. Mari belajar menerima. For Godsake, belajarlah antri.
2.         Menerobos lampu merah
Sebentar pemuda itu berhenti, celingukan, toleh kanan dan kiri lalu (sepertinya) tanpa rasa bersalah ia melaju kencang melewati sebuah persimpangan. Tak ada polisi. Lampu masih menyala merah terang. Hanya ada bunyi klakson panjang dari sebuah mobil yang mendadak berhenti di tengah persimpangan. Mungkin sopirnya sudah menyumpah serapah di dalam. Angin menghembus pelan. Dosa satu ini pun menguap begitu saja.
Oke, dalam ilustrasi itu untunglah tak ada korban jiwa, tapi bukankah tak sedikit yang berakhir dengan tragis. Oh please, ini bukan lagi jamannya peraturan dibuat untuk dilanggar. Ini adalah masa ketika kamu memang benar, ya jangan takut melakukannya sesuai aturan. Maka yang salah akan nampak salah, bukan yang benar jadi tampak bodoh. Eh maaf, kembali ke soal terobos-menerobos. Di sini, hak orang lain yang terampas adalah hak merasakan kenyamanan dan keamanan dalam mematuhi rambu lalu lintas. Jangan sampai yang sudah hati-hati jadi celaka karena kecerobohan dan kebodohan kita.
3.         Lebih dekat lebih pelan
Biasanya begitu melihat lampu menyala hijau dari kejauhan, otomatis sebagian dari kita akan langsung tancap gas berusaha mengejar. Well, sekilas nggak ada yang salah dengan keputusan kapten untuk menambah kecepatan, tapi marilah kita telaah kembali. Bahaya bisa jadi muncul dari ketergesaan di jalan raya atau pengambilan keputusan yang tanpa memikirkan kebaikan orang lain di sekitar.
Jadi begini, untuk kasus dengan lampu perempatan yang dilengkapi angak digital mungkin tak apa ngebut bagi yang ahli hitung-hitungan fisika. Dengan waktu sekian dan kecepatan sekian bisa dipastikan cukup untuk melewati persimpangan sebelum lampu kuning cepat berubah jadi merah. Tapi bisa dipastikan kalau sudah di jalan raya yang dipikirkan pengendara adalah the faster, the better. Nggak ada cukup waktu untuk menerapkan ilmu fisika matematikanya. Sudah tentu kalau hal ini jadi lebih berbahaya bagi yang nggak bisa memperhitungkan dengan benar. Sudah lampu tak dilengkapi teknologi canggih countdown pula. Alhasil, tanpa perhitungan cermat ditambah sok jadi pembalap, pengendara pun nge-rem­ mendadak. Fatal akibatnya bagi pengendara baik yang sudah pelan dan berhenti tepat saat lampu merah menyala dan juga bagi pengendara yang sama-sama ngebut di belakangnya.
Jangan tiru adegan ini di rumah. Dilakukan oleh orang yang tidak terlatih dan tidak bertanggungjawab.
So, kalau sudah tahu di depan ada persimpangan tetap kalem ajah ya.
And the race starts here

Saat lampu masih menyala merah, para pengendara menjajal gas motor masing-masing. Broom..broom..broom...Sambil saling memandang posisi lawan. Memperebutkan pole position. 5..4..3..2..1.. Begitu nyala lampu berganti hijau, bak sirkuit balap, jalanan pun segera dipenuhi motor-mobil-bus-truk. Saling mendahului. Sementara si pengendara sepeda dengan cueknya membuat pengendara di belakang merayap siput, menunggunya menepi. Ngik...kreeet..ngiik...kreet

No comments:

Post a Comment