Monday 23 March 2020

SIBUK ITU BAIK (3)



Disclaimer: tulisan ini semacam curhatan dari Mamak baru.

Sudah dua puluh tiga hari hidupku diwarnai oleh tangis dan poop bayi. Semua yang pertama selalu butuh penyesuaian. Pertama menikah, pertama bersama orang asing, pertama hamil, pertama melahirkan, pertama bersihkan poop dan ganti pampers bayi, pertama gendong bayi, dan.. pertama kali belajar memahami kemauan anak sendiri.

Well, bahasa pertama bayi adalah tangisan. Hal ini harus disadari oleh semua pihak. Menangis adalah wajar bagi bayi. Tapi ya harus segera ditolong, dibantu memenuhi keinginannya agar tangisnya tidak berubah menjadi amarah yang menjadikan seisi rumah turun derajat warasnya dan mulai ikut-ikutan marah.

Saya pun belajar. Dua malam ini kami, Mamak dan Ayah baru ini, berkesempatan menjaga dan merawat si anak bayi hanya berdua. Ibuk pulang dulu untuk istirahat dan memang berniat pulang dulu agar Mamak dan Ayah baru ini belajar merawat anak bayi secara mandiri. Ya, memang awalnya berat melepas kepulangan Mbah Uti dan Tung, tapi kami harus mencoba. Satu yang paling saya khawatirkan adalah saat tiba waktunya anak menangis dan tidak kunjung tenang walau sudah diberi ASI. Biasanya akan langsung digendong oleh Mbah Uti dan dia pun cepat tenang. Buah dari kesabaran Mbah Uti. Saya sendiri sangsi terhadap kesabaran diri ini saat menghadapi situasi yang serupa.

Satu nasehat ibuk yang akan saya ingat, “Harus sabar merawat anak. Kalau ibuknya marah atau kesal, nanti air ASI nya panas, anak tambah rewel.” Oh ibuk, semoga Allah karuniakan usia yang berkah dan bahagia untuk ibuk.

Alhamdulillah, proses penyesuaian dan belajar bertiga saja mampu kami lalui dengan baik. Sekarang bahkan saya sudah nggak terlalu mellow seperti awal-awal harus jaga bayi sendirian. Setelah dua malam ini, saya pun mendapatkan kembali kepercayaan diri sebagai seorang ibu baru bagi sebuah kehidupan. Saya berhasil kembali ke rasa syukur tak terhingga. Saya kembali diingatkan bahwa sekarang dengan hadirnya buah hati kami, berarti hari-hari akan semakin disibukkan dengan kebaikan. Insya Allah waktu akan semakin berkah bermanfaat jika saya bisa menikmati nikmat mengurus bayi sendiri. Aamiin.

Hadirnya Dedek membuat saya harus menyesuaikan lagi kegiatan sehari-hari agar tetap happy dan pekerjaan rumah selesai dengan baik. Membiasakan diri dengan jadwal baru selalu tidak mudah, tetapi Alhamdulillah setelah mampu melihat dengan baik dan menemukan bahagia, apapun yang harus dikerjakan dan dilalui tidak lagi menjadi beban. Insya Allah. Semoga tetap dalam kesabaran, ilmu yang cukup, dan iringan doa-doa terbaik untuk Si Anak Bayi.



Pola tidur Anak Bayi masih terbalik, kalau siang tidur terus dia, sedang kalau malam bangun dan mulai gelisah. Pagi, selama dia tidur setelah nenen, Mamak bisa mandi, mumpung ayah belum berangkat kerja jadi bisa dimintai tolong jaga Dedek. Beres-beres sedikit, terus menyiapkan perlengkapan mandi Dedek. Oh ya, selama satu bulan pertama ini saya pakai jasa perawat dari RS untuk memandikan. Saya belum berani, Mbah Uti juga sama. Sekalian ternyata bisa ngobrol dan mendapat beberapa tips per-bayi-an.

Selesai mandi, dedek pun berjemur. Kenapa nggak berjemur dulu baru mandi? Ini sih fleksibel. Tergantung jam kedatangan perawat dan waktu munculnya matahari yang akhir-akhir ini suka malu-malu di pagi hari. Kalau Si Anak Bayi kenyang, dia akan anteng, tidur dengan nyenyak saat dijemur, tapi kalau belum nenen sudah dijemur, duh.. rame deh. Hehe. Nah, baru deh sekitar jam 9 sampai 10 Mamak bisa cuci baju dedek, menyapu, atau beres-beres rumah. Sekitar jam 10 Anak Bayi biasanya akan bangun minta nenen. Intinya sekarang ini, Mamak harus pandai-pandai memanfaatkan waktu saat Dedek tidur. Sebelum ikut tidur siang (harus disempatkan), bisa dipakai untuk “me time” Mamak. Seperti sekarang, siang ini bisa disambi nulis juga selain nonton atau baca buku. J

Menjelang malam, selepas Isya’ udah nggak bisa jauh lama-lama dari Anak Bayi karena dia mulai lebih sensitif. Beberapa hari ini dia sering gelisah, nggak nyaman. Nah, Mamak baru kemarin sore ini pun berusaha tetap tenang dan mencoba segala jurus untuk bisa membuat anak tenang. Kasih ASI, ganti pampers, kasih minyak telon, digendong, diajak ngobrol, ngaji, nyanyi. Masa-masa emas bonding anak dan mamak masih terus berlangsung. Pokoknya harus tetap happy semua. J Rasanya pengen cepet pagi lagi, haha, tapi Mamak ingat lagi pesan Mbah Uti. Harus kita yang sabar. Bayi baru belajar menghadapi dunia ini. Harus kita yang sabar.

Begitulah, semoga kehadiran Si Anak Bayi ini senantiasa membawa keberkahan. Bertambahnya tanggung jawab merawat dan mendidik anak ini saya pikir-pikir lagi (setelah sempat resah gelisah juga dengan peran baru) adalah nikmat dari Allah agar waktu Mamak semakin terjaga dari perbuatan yang sia-sia. Masya Allah. Terima kasih Allah. Makasih Dedek. Mari saling memahami dan belajar lagi ya… Love you, sayang…

No comments:

Post a Comment