Disclaimer:
tulisan ini semacam curhatan dari Mamak baru.
Sudah dua puluh tiga hari
hidupku diwarnai oleh tangis dan poop
bayi. Semua yang pertama selalu butuh penyesuaian. Pertama menikah, pertama
bersama orang asing, pertama hamil, pertama melahirkan, pertama bersihkan poop dan ganti pampers bayi, pertama gendong bayi, dan.. pertama kali belajar
memahami kemauan anak sendiri.
Well, bahasa pertama bayi
adalah tangisan. Hal ini harus disadari oleh semua pihak. Menangis adalah wajar
bagi bayi. Tapi ya harus segera ditolong, dibantu memenuhi keinginannya agar
tangisnya tidak berubah menjadi amarah yang menjadikan seisi rumah turun
derajat warasnya dan mulai ikut-ikutan marah.
Saya pun belajar. Dua malam
ini kami, Mamak dan Ayah baru ini, berkesempatan menjaga dan merawat si anak
bayi hanya berdua. Ibuk pulang dulu untuk istirahat dan memang berniat pulang
dulu agar Mamak dan Ayah baru ini belajar merawat anak bayi secara mandiri. Ya,
memang awalnya berat melepas kepulangan Mbah Uti dan Tung, tapi kami harus
mencoba. Satu yang paling saya khawatirkan adalah saat tiba waktunya anak
menangis dan tidak kunjung tenang walau sudah diberi ASI. Biasanya akan
langsung digendong oleh Mbah Uti dan dia pun cepat tenang. Buah dari kesabaran
Mbah Uti. Saya sendiri sangsi terhadap kesabaran diri ini saat menghadapi
situasi yang serupa.
Satu nasehat ibuk yang akan
saya ingat, “Harus sabar merawat anak. Kalau ibuknya marah atau kesal, nanti
air ASI nya panas, anak tambah rewel.” Oh ibuk, semoga Allah karuniakan usia
yang berkah dan bahagia untuk ibuk.
Alhamdulillah, proses
penyesuaian dan belajar bertiga saja mampu kami lalui dengan baik. Sekarang
bahkan saya sudah nggak terlalu mellow seperti awal-awal harus jaga bayi
sendirian. Setelah dua malam ini, saya pun mendapatkan kembali kepercayaan diri
sebagai seorang ibu baru bagi sebuah kehidupan. Saya berhasil kembali ke rasa
syukur tak terhingga. Saya kembali diingatkan bahwa sekarang dengan hadirnya
buah hati kami, berarti hari-hari akan semakin disibukkan dengan kebaikan.
Insya Allah waktu akan semakin berkah bermanfaat jika saya bisa menikmati
nikmat mengurus bayi sendiri. Aamiin.
Hadirnya Dedek membuat saya
harus menyesuaikan lagi kegiatan sehari-hari agar tetap happy dan pekerjaan rumah selesai dengan baik. Membiasakan diri
dengan jadwal baru selalu tidak mudah, tetapi Alhamdulillah setelah mampu
melihat dengan baik dan menemukan bahagia, apapun yang harus dikerjakan dan
dilalui tidak lagi menjadi beban. Insya Allah. Semoga tetap dalam kesabaran, ilmu
yang cukup, dan iringan doa-doa terbaik untuk Si Anak Bayi.
Pola tidur Anak Bayi masih
terbalik, kalau siang tidur terus dia, sedang kalau malam bangun dan mulai
gelisah. Pagi, selama dia tidur setelah nenen, Mamak bisa mandi, mumpung ayah
belum berangkat kerja jadi bisa dimintai tolong jaga Dedek. Beres-beres
sedikit, terus menyiapkan perlengkapan mandi Dedek. Oh ya, selama satu bulan
pertama ini saya pakai jasa perawat dari RS untuk memandikan. Saya belum
berani, Mbah Uti juga sama. Sekalian ternyata bisa ngobrol dan mendapat
beberapa tips per-bayi-an.
Selesai mandi, dedek pun
berjemur. Kenapa nggak berjemur dulu baru mandi? Ini sih fleksibel. Tergantung
jam kedatangan perawat dan waktu munculnya matahari yang akhir-akhir ini suka
malu-malu di pagi hari. Kalau Si Anak Bayi kenyang, dia akan anteng, tidur
dengan nyenyak saat dijemur, tapi kalau belum nenen sudah dijemur, duh.. rame
deh. Hehe. Nah, baru deh sekitar jam 9 sampai 10 Mamak bisa cuci baju dedek,
menyapu, atau beres-beres rumah. Sekitar jam 10 Anak Bayi biasanya akan bangun
minta nenen. Intinya sekarang ini, Mamak harus pandai-pandai memanfaatkan waktu
saat Dedek tidur. Sebelum ikut tidur siang (harus disempatkan), bisa dipakai
untuk “me time” Mamak. Seperti
sekarang, siang ini bisa disambi nulis juga selain nonton atau baca buku. J
Begitulah, semoga kehadiran
Si Anak Bayi ini senantiasa membawa keberkahan. Bertambahnya tanggung jawab
merawat dan mendidik anak ini saya pikir-pikir lagi (setelah sempat resah
gelisah juga dengan peran baru) adalah nikmat dari Allah agar waktu Mamak
semakin terjaga dari perbuatan yang sia-sia. Masya Allah. Terima kasih Allah.
Makasih Dedek. Mari saling memahami dan belajar lagi ya… Love you, sayang…
No comments:
Post a Comment