Saturday 17 December 2016

PISANG DAN CICAK

Apa kabar?
Sorry for the 1 minute late post.

Ini hari jeruk, tapi saya akan membicarakan pisang dan cicak.

Keduanya tidak memiliki hubungan darah sama sekali. Cicak juga tidak makan pisang. Keduanya juga bukan selebritis terkenal atau politikus papan atas. Tetapi keduanya telah memenuhi hari-hari saya selama sepekan ini. Dari kedua makhluk ini, saya kembali diingatkan tentang bab rejeki dan bekerja. Maka sudah sepantasnya nama buah dan binatang ini dicatat.

Ini tentang si cicak. Binatang yang paling tidak kusuka di muka bumi ini.

Masih ingat lagu cicak-cicak di dinding? Cicak yang hanya mampu merayap itu hebat sekali ya. Dia bisa menangkap nyamuk yang bisa terbang. Mengukur dengan logika akal manusia, kita pasti heran. Koq bisa-bisanya binatang yang tak mampu terbang ini, makanannya justru adalah nyamuk dan mungkin serangga-serangga terbang lainnya. Sedemikian bodohkah nyamuk hingga ia terbang dekat-dekat dengan si cicak yang bisa sewaktu-waktu menjangkaunya? dan… Hap! Lalu ditangkap.

Itulah yang membuat saya kembali diingatkan akan kebesaran dan kuasa Allah subhanahuwata’ala. Allah datangkan rejeki si cicak dari arah yang sungguh tak terduga. Allah menjamin rejeki makhlukNya. Terpenuhilah kebutuhan perut si cicak itu. Keren kan..

So, saya diingatkan lagi bahwa, hey! Rejeki kita sudah dituliskan semenjak dalam kandungan. Tugas kita hanyalah berusaha mencarinya. Tugas kita adalah hanya harus bangun pagi, lalu mandi, dan berjalan bertebaran di muka bumi di siang hari untuk bekerja. Merayap bak cicak. Masalah kapan dan bagaimana rejeki itu datang, Allah sudah atur semuanya. Percaya saja padaNya.

“Justru sebab riqi kita telah dijaminkan, maka makna kerja kita adalah pengabdian seutuhnya kepada Allah. Justru sebab kita tahu bahwa bekerjanya kita maupun karunia yang dilimpahkan melaluinya keduanya sama-sama anugerah Allah ‘Azza wa Jalla, maka bekerja sudah seharusnya ditunaikan dalam gembira. Justru sebab kita tahu bahwa kerja kita bukanlah penentu dari apa yang kita nikmati, maka bekerja sudah seharusnya merupakan bentuk luapan syukur kita pada Dzat yang Maha Bijaksana.”(http://salimafillah.com/bekerja/)

Itu juga yang membuat saya merasa…

I have butterflies flying
Around inside my tummy
When I'm with you
(Butterflies in My Tummy - by Mocca)

waktu mendapat pisang dari seorang teman.

Sejak pagi saya membayangkan, ah pasti enak makan pisang. Oke nanti siang sajalah beli pisang. Tapi kemudian saya lupa mau ke warung setelah menunaikan pekerjaan rumah (baca: kos). Lalu seorang kawan minta dijemput di halte Trans Jogja. Saya pun berangkat, sekalian mampir makan siang (sarapan yang super terlambat). Ternyata rute perjalanan bus yang dinaiki kawan saya cukup jauh. Sambil menunggu saya pun membaca buku. Lumayan, untuk bahan skripsi.   

Setelah beberapa menit berlalu, kawan saya pun datang dan…. kalian tahu apa yang terjadi?

Pisang. Dia mengeluarkan tiga buah pisang dari dalam tasnya dan memberikannya padaku.

Masyaa Allah. Bahkan yang tak kunyatakan, Allah mendengarnya. Luar biasa. Kalau sudah rejeki memang tak akan kemana. Allah yang atur, Allah yang beri, dengan perantaraan makhluknya di muka bumi ini. Kita hanya harus bangun pagi, lalu  mandi, dan berjalan bertebaran di siang hari, bekerja mencarinya.

“Boleh jadi kau tak tahu di mana rizqimu”, demikian Imam Al Ghazali berpesan, “Tetapi rizqimu tahu di manakah Engkau. Jika ia ada di langit, Allah akan memerintahkannya turun untuk mencurahimu. Jika ia ada di bumi, Allah akan menyuruhnya muncul untuk menjumpaimu. Dan jika ia berada di lautan, Allah akan menitahkannya timbul untuk menemuimu.”


Tidak juga ada yang akan menyangka kalau pekan ini, saya bisa pegang kamera mahal, belajar menggunakannya, dan bertemu dengan makhluk-makhluk hijau nan cantik ini. Menyejukkan.


Lagi-lagi ke Ullen Sentalu

No comments:

Post a Comment