Thursday 17 September 2015

KANTONG AJAIB

Beberapa pasang sandal sudah berserakan di depan pintu ketika Vici datang. Sedikit tergesa ia memarkir motor di samping rumah. Diambilnya kantong besar yang dibawanya dari pasar. Sebelum masuk sekali lagi ia memastikan motornya sudah terkunci dengan baik dan aman. Bukan apa-apa, meski motornya bukan termasuk motor yang bagus tetapi tetap saja tidak mengubah fakta bahwa hanya itu motor yang ia punya. Sejelek-jeleknya barang yang kita miliki haruslah kita jaga dengan baik, sehingga ketika pun suatu hari harus hilang atau sudah tidak bisa dipakai lagi, rasa sesal itu tidak begitu besar sebab selama di tangan kita ia sudah dirawat dengan sebaik-baiknya. Kira-kira begitulah Ibu selalu berpesan.
“Halo...!”
Anak-anak serempak mengangkat tangan dan menjawab salam. Suasana yang sebelumnya riuh jadi semakin kacau. Energi bocah seusia mereka memang tidak ada habisnya. Vici merasa harus segera mengambil alih kelas. Dia tahu cara paling ampuh menenangkan mereka.
“Pasukan…”
Hampir semua anak menegakkan badannya lalu menoleh ke sumber suara. Mereka selalu suka mendengar suara yang lantang. Tidak menyia-nyiakan kesempatan, Vici segera mengangkat kantong coklatnya tinggi-tinggi untuk memancing rasa ingin tahu murid-muridnya. Alih-alih maju ke depan kelas, ia sengaja tetap berdiri di depan pintu yang ada di bagian belakang kelas.
“Ini apa ya…?”
“Kantong ajaib!” Ica, Rara, Sadam, Lili, dan Lala bersamaan melompat dari kursinya.
“Stop! Oke. Pasukan siap? Kalau sudah siap, ayo duduk di kursinya masing-masing.” Vici perlahan berjalan ke depan sambil tetap mengarahkan pandangan ke mereka, “Sini, lihat ke arah kapten, tatap mata saya,” anak-anak paling suka permainan peran yang satu ini. Awalnya cukup sulit meminta mereka fokus pada pelajaran tapi Kapten Vici berhasil mengumpulkan kembali pasukannya dalam tenda yang disebutnya kelas tempur. Dulu mereka lebih suka bersembunyi dibalik lumpur, menyerang dinding-dinding tanpa ampun dengan senjata warna-warni, dan berlarian kesana-kemari.
“Tada… “

Seekor burung besar dengan mata yang sangat banyak melompat keluar dari kantong coklat itu. 

No comments:

Post a Comment