Beberapa pasang
sandal sudah berserakan di depan pintu ketika Vici datang. Sedikit tergesa ia
memarkir motor di samping rumah. Diambilnya kantong besar yang dibawanya dari
pasar. Sebelum masuk sekali lagi ia memastikan motornya sudah terkunci dengan
baik dan aman. Bukan apa-apa, meski motornya bukan termasuk motor yang bagus
tetapi tetap saja tidak mengubah fakta bahwa hanya itu motor yang ia punya.
Sejelek-jeleknya barang yang kita miliki haruslah kita jaga dengan baik,
sehingga ketika pun suatu hari harus hilang atau sudah tidak bisa dipakai lagi,
rasa sesal itu tidak begitu besar sebab selama di tangan kita ia sudah dirawat
dengan sebaik-baiknya. Kira-kira begitulah Ibu selalu berpesan.
“Halo...!”
Anak-anak
serempak mengangkat tangan dan menjawab salam. Suasana yang sebelumnya riuh
jadi semakin kacau. Energi bocah seusia mereka memang tidak ada habisnya. Vici
merasa harus segera mengambil alih kelas. Dia tahu cara paling ampuh
menenangkan mereka.
“Pasukan…”
Hampir semua
anak menegakkan badannya lalu menoleh ke sumber suara. Mereka selalu suka
mendengar suara yang lantang. Tidak menyia-nyiakan kesempatan, Vici segera
mengangkat kantong coklatnya tinggi-tinggi untuk memancing rasa ingin tahu
murid-muridnya. Alih-alih maju ke depan kelas, ia sengaja tetap berdiri di
depan pintu yang ada di bagian belakang kelas.
“Ini apa ya…?”
“Kantong ajaib!”
Ica, Rara, Sadam, Lili, dan Lala bersamaan melompat dari kursinya.
“Stop! Oke.
Pasukan siap? Kalau sudah siap, ayo duduk di kursinya masing-masing.” Vici
perlahan berjalan ke depan sambil tetap mengarahkan pandangan ke mereka, “Sini,
lihat ke arah kapten, tatap mata saya,” anak-anak paling suka permainan peran
yang satu ini. Awalnya cukup sulit meminta mereka fokus pada pelajaran tapi
Kapten Vici berhasil mengumpulkan kembali pasukannya dalam tenda yang disebutnya
kelas tempur. Dulu mereka lebih suka bersembunyi dibalik lumpur, menyerang
dinding-dinding tanpa ampun dengan senjata warna-warni, dan berlarian
kesana-kemari.
“Tada… “
Seekor burung
besar dengan mata yang sangat banyak melompat keluar dari kantong coklat itu.
No comments:
Post a Comment