Nggak ada kerjaan.
Dua kucing di depan kamar sepertinya asyik buat diajak main. Begitu tanganku
keluar dari sela-sela jendela, kucing tertua pun langsung menyeringai. Dia tahu
ada bahaya mungkin ya. Sebuah ancaman dari sebentuk benda seperti ubur-ubur (siapa tahu dia kenal ubur-ubur) yang
tiba-tiba muncul entah dari mana. Melambai-lambai. “Benda asing apa itu, meow,
brrrr!” Kira-kira mungkin begitu instingnya berbicara.
Kami pun lama
saling menatap. Sorot mata hijaunya begitu tajam menembus lensa mataku. Kami
berbicara dari mata ke mata.
“Hey, kamu lagi
ngapain muter-muter di bawah motorku?”
“Ada masalah?”
“Nggak papa,
lanjutin aja.”
Kuketuk-ketuk kaca
jendela. Dia langsung waspada. Kuayun-ayunkan tangan di sela-sela jendela dan
dia pelan-pelan mengambil posisi duduk. Meletakkan pantat dan ekornya sejajar
dengan kaki-kaki belakangnya. Dialog sunyi pun kembali.
“Hey,
kucing preman, masih penasaran sama ni tangan?”
“Brrrrr...apa
itu?kamu mau apa?jangan dekat-dekat! Brrrr....”
“Ngomong
apa Cing?Nih, talk to my hand!”
Hahaha...puas
banget pas bilang itu ke dia. Akhirnya bisa kulampiaskan rasa kesalku. Emang
enak ngajak orang ngobrol trus dia bilang “talk
to my hand?” Nggak. Kurang ajar banget. Sedangkan, di dunia sebelah, kucing
itu mungkin akan terus bertanya-tanya di sisa hidupnya. Benda apa itu yang
melambai-lambai di sela-sela jendela.
March 03, 2014
No comments:
Post a Comment