Monday 7 September 2015

TALK TO MY HAND, KUCING PREMAN!

Nggak ada kerjaan. Dua kucing di depan kamar sepertinya asyik buat diajak main. Begitu tanganku keluar dari sela-sela jendela, kucing tertua pun langsung menyeringai. Dia tahu ada bahaya mungkin ya. Sebuah ancaman dari sebentuk benda seperti ubur-ubur (siapa tahu dia kenal ubur-ubur) yang tiba-tiba muncul entah dari mana. Melambai-lambai. “Benda asing apa itu, meow, brrrr!” Kira-kira mungkin begitu instingnya berbicara.
Kami pun lama saling menatap. Sorot mata hijaunya begitu tajam menembus lensa mataku. Kami berbicara dari mata ke mata.
“Hey, kamu lagi ngapain muter-muter di bawah motorku?”
“Ada masalah?”
“Nggak papa, lanjutin aja.”
Kuketuk-ketuk kaca jendela. Dia langsung waspada. Kuayun-ayunkan tangan di sela-sela jendela dan dia pelan-pelan mengambil posisi duduk. Meletakkan pantat dan ekornya sejajar dengan kaki-kaki belakangnya. Dialog sunyi pun kembali.
                “Hey, kucing preman, masih penasaran sama ni tangan?”
                “Brrrrr...apa itu?kamu mau apa?jangan dekat-dekat! Brrrr....”
                “Ngomong apa Cing?Nih, talk to my hand!
Hahaha...puas banget pas bilang itu ke dia. Akhirnya bisa kulampiaskan rasa kesalku. Emang enak ngajak orang ngobrol trus dia bilang “talk to my hand?” Nggak. Kurang ajar banget. Sedangkan, di dunia sebelah, kucing itu mungkin akan terus bertanya-tanya di sisa hidupnya. Benda apa itu yang melambai-lambai di sela-sela jendela.

March 03, 2014

No comments:

Post a Comment