Thursday 24 September 2015

SAYA DITANYA

Sebelum datang ke sebuah wawancara saya berhenti di sebuah warung. Sarapan. Di depan saya duduk seorang pemuda yang menarik perhatian. Lagaknya aneh. Dia memegang sebuah telur asin. Telur itu tidak segera dikupas lalu dimakan. Ia hanya memegangnya di dekat hidung. Mengusap-usapkannya ke lubang hidung sebelah kiri. Cukup lama. Entahlah. Dari semua hal yang bisa dilakukan di pagi ini, mengapa ia justru memilih berusaha keras memasukkan telur itu ke dalam hidungnya ya. Saya mencoba mengerti.

Memasuki gedung wawancara sudah banyak yang mengantri. Pukul sebelas nama saya baru dipanggil. Dalam wawancara siang itu saya ditanya begini, “Apa momen terbaik dalam hidup Anda?”.

Saya pun berfikir keras. Saya tidak boleh terlihat ragu dalam menjawab. Tapi terlalu banyak momen baik sepanjang hidup saya.

“Salah satu momen terbaik dalam hidup saya adalah di suatu siang ketika saya lapar, Pak.”

“Waktu kamu lapar?”

“Iya, Pak. Suatu siang, saya kelaparan dan hanya ada beras di kamar kos. Saya keluar hendak membeli tahu putih, tapi yang ada tinggal tahu kuning. Jadilah saya membeli tahu kuning itu dan  merebusnya. Ya, hanya saya rebus. Karena sangat lapar, akhirnya sambil menunggu nasi yang belum matang saya memakan beberapa tahu yang masih hangat itu. Di situlah Pak, Saya merasakan enaknya makan tahu. Nikmat sekali. Perut saya yang kosong berangsur terasa hangat begitu potongan-potongan tahu itu satu persatu masuk mulut, saya kunyah, lalu turun ke lambung.”

Bukannya saya tidak serius dengan menceritakan tentang itu. Bisa jadi momenmu itu berbeda dengan kebanyakan orang. Bagaimanapun jawaban terbaik adalah suatu kejujuran. Jadi menurut saya, sah-sah saja menceritakan apapun yang memang membuatmu menyebutnya momen spesial. Yang terbaik. Yang tak bisa dilupakan. Mungkin dipandang biasa atau aneh sekalipun.  

Dengan penuh percaya diri saya bercerita sebab saya yakin kalau pewawancara itu, si pemuda  yang berusaha memasukkan telur asin ke lubang hidungnya tadi pagi, tak akan mudah terganggu dengan cerita soal momen tahu kuning saya.


#ceritasaatduaoranganehbertemudisatumejamakan

No comments:

Post a Comment