ü Facebook terbuka untuk umum sejak tahun 2006. Saya punya akun tahun 2009
akhir, masih aktif tapi jarang dimanfaatkan.
ü Blog mulai ramai di Indonesia tahun 2000-an. Saya punya akun wordpress (2009)
yang sudah tidak pernah ditengok, blogspot yang masih merintis eksistensi sejak
terbit pertama tahun 2010, dan sentuhan pertama saya dengan tumblr terjadi pada
bulan dua belas tahun dua ribu lima belas.
ü Twitter resmi dibuka tahun 2006. Saya baru punya akun tahun 2014. Status
sekarang?
Tweet: 111
Follower: 25
Following: 97
Berdasarkan
data di atas dapat dikatakan bahwa saya termasuk makhluk Tuhan yang awam soal
media, terutama media sosial. Junior. Orang baru. Tetapi di sisi lain saya juga
dapat dikategorikan sebagai Homo sapiens yang tidak terlalu ketinggalan
teknologi dan informasi (maksa banget ya J). Buktinya, meskipun saya sedang tidak tertarik dengan
facebook, saya masih sering membagi tulisan-tulisan hasil berantem ide dengan
diri saya sendiri di blog ini. Selain itu saya juga semakin sering membuka
twitter, follow, unfollow, dan melakukan aktivitas cicit cuit ala si
burung biru.
Arus informasi
jaman sekarang sangat cepat. Menyadari hal itu saya merasa perlu untuk
mengetahui media-media yang banyak digunakan orang (nggak ada kata terlambat
buat belajar kan?hehe). Saya, yang dulu waktu SMP mengirim email saja tidak
bisa, memulai sebuah hubungan dengan dunia yang lebih luas melalui jaringan tak
kasat mata di dunia maya. Perlahan mencoba menjadi penikmat lalu belajar
menjadi pelaku.
Sisi baik dari
mengikuti perkembangan media adalah tentu saya jadi tidak ketinggalan informasi
terkini, memiliki wadah untuk mengekspresikan diri, dan berkesempatan menikmati
karya orang-orang super kreatif di luar sana yang terpisah jarak. Contohnya,
akhir-akhir ini saya berkenalan dengan tumblr setelah ikut sesi seminar bareng
Kurniawan Gunadi. Dari gabung tumblr saya jadi kenal podcast-nya Iqbal Hariadi,
kitabisa.com, dan ada ya istilah vlog alias video blog (hahaha, katrok abiz ya
gueeeh). Alasan-alasan itu yang membuat saya semakin sering buka timeline dan belajar
berbicara lewat media-media itu.
Ada sisi baik,
maka ada sisi buruk. Seperti yang dikatakan Agung Adiprasetyo di pengantar buku
Citizen Journalism karya Pepih Nugraha, jaman sekarang manusia cenderung ingin
dilihat, didengar, dan dianggap oleh orang lain. Efeknya, jadi semacam candu
untuk melihat respon orang terhadap tulisan atau ocehan kita yang di publish
di media sosial atau blog. Akhir-akhir ini saya juga merasakan candu itu.
Bahaya? Mungkin. Tetapi bukankah teknologi memang seperti dua sisi mata pisau?
Jika tahu cara memanfaatkannya maka ia bisa menjadi sarana menebarkan virus
kebaikan bahkan nggak menutup jalan ke arah bisnis, tetapi kalau jadinya
terlena candu yang self-centered jadinya hanya akan menghabiskan waktu
sia-sia.
So, mari terus
belajar media dan memetik manfaatnya.
No comments:
Post a Comment