Wednesday 16 December 2015

ME AND MEDIA

ü Facebook terbuka untuk umum sejak tahun 2006. Saya punya akun tahun 2009 akhir, masih aktif tapi jarang dimanfaatkan.
ü Blog mulai ramai di Indonesia tahun 2000-an. Saya punya akun wordpress (2009) yang sudah tidak pernah ditengok, blogspot yang masih merintis eksistensi sejak terbit pertama tahun 2010, dan sentuhan pertama saya dengan tumblr terjadi pada bulan dua belas tahun dua ribu lima belas.
ü Twitter resmi dibuka tahun 2006. Saya baru punya akun tahun 2014. Status sekarang?

Tweet: 111
Follower: 25
Following: 97

Berdasarkan data di atas dapat dikatakan bahwa saya termasuk makhluk Tuhan yang awam soal media, terutama media sosial. Junior. Orang baru. Tetapi di sisi lain saya juga dapat dikategorikan sebagai Homo sapiens yang tidak terlalu ketinggalan teknologi dan informasi (maksa banget ya J). Buktinya, meskipun saya sedang tidak tertarik dengan facebook, saya masih sering membagi tulisan-tulisan hasil berantem ide dengan diri saya sendiri di blog ini. Selain itu saya juga semakin sering membuka twitter, follow, unfollow, dan melakukan aktivitas cicit cuit ala si burung biru.
Arus informasi jaman sekarang sangat cepat. Menyadari hal itu saya merasa perlu untuk mengetahui media-media yang banyak digunakan orang (nggak ada kata terlambat buat belajar kan?hehe). Saya, yang dulu waktu SMP mengirim email saja tidak bisa, memulai sebuah hubungan dengan dunia yang lebih luas melalui jaringan tak kasat mata di dunia maya. Perlahan mencoba menjadi penikmat lalu belajar menjadi pelaku.
Sisi baik dari mengikuti perkembangan media adalah tentu saya jadi tidak ketinggalan informasi terkini, memiliki wadah untuk mengekspresikan diri, dan berkesempatan menikmati karya orang-orang super kreatif di luar sana yang terpisah jarak. Contohnya, akhir-akhir ini saya berkenalan dengan tumblr setelah ikut sesi seminar bareng Kurniawan Gunadi. Dari gabung tumblr saya jadi kenal podcast-nya Iqbal Hariadi, kitabisa.com, dan ada ya istilah vlog alias video blog (hahaha, katrok abiz ya gueeeh). Alasan-alasan itu yang membuat saya semakin sering buka timeline dan belajar berbicara lewat media-media itu.
Ada sisi baik, maka ada sisi buruk. Seperti yang dikatakan Agung Adiprasetyo di pengantar buku Citizen Journalism karya Pepih Nugraha, jaman sekarang manusia cenderung ingin dilihat, didengar, dan dianggap oleh orang lain. Efeknya, jadi semacam candu untuk melihat respon orang terhadap tulisan atau ocehan kita yang di publish di media sosial atau blog. Akhir-akhir ini saya juga merasakan candu itu. Bahaya? Mungkin. Tetapi bukankah teknologi memang seperti dua sisi mata pisau? Jika tahu cara memanfaatkannya maka ia bisa menjadi sarana menebarkan virus kebaikan bahkan nggak menutup jalan ke arah bisnis, tetapi kalau jadinya terlena candu yang ­self-centered jadinya hanya akan menghabiskan waktu sia-sia.

So, mari terus belajar media dan memetik manfaatnya.

No comments:

Post a Comment