Sunday 6 December 2015

MENULIS ITU MEMANCING ILMU

Catatan Bengkel Journalist Event 2015 (1)

Bengkel Journalist Event (BEJO Event) adalah salah satu agenda tahunan yang dilaksanakan oleh Keluarga Muslim Fakultas MIPA UGM. Tahun ini BEJO Event berlangsung pada tanggal 4-6 Desember 2015. Acara yang diselenggarakan bersamaan dengan bazar di area auditorium Fakultas Kedokteran ini resmi dibuka tepat pada pukul 16.10 WIB. Pembukaan ditandai dengan pemukulan gong oleh koordinator acara yang mewakili ketua panitia.
Salah satu agenda pembuka yang berhasil saya ikuti adalah kajian kepenulisan bersama Ust. Salim A. Fillah. Beliau menyampaikan materi tentang mengapa kita harus menulis dan juga membagikan rumus canggih dalam menulis. Berikut adalah tulisan yang saya susun berdasarkan materi yang disampaikan dan hasil diskusi dengan peserta. Semoga bermanfaat.

Mengapa menulis?
1.     Untuk mengikat ilmu
Dalam sebuah hadits disampaikan bahwa makhluk pertama yang diciptakan Allah adalah pena atau kalam. Kemudian Allah menyuruhnya untuk menuliskan takdir1.
Selain itu, Imam syafi’i menasihati kita tentang ilmu dalam syairnya, “Ilmu itu bagaikan binatang buruan, sedangkan pena adalah pengikatnya. Maka ikatlah buruanmu dengan tali yang kuat.” Oleh karena itu tujuan pertama menulis adalah untuk mengikat ilmu.
2.    Untuk mengukur kemampuan
Dengan menulis kita akan terbantu untuk mengetahui seberapa jauh ilmu yang sudah kita serap. Semakin banyak ilmu yang didapatkan tentunya akan mempengaruhi gaya penulisan dan isi tulisan menjadi lebih baik dari sebelumnya. Bisa jadi sekarang kita akan menertawakan tulisan kita yang telah lalu.
3.    Untuk memancing ilmu
Menulis seharusnya tidak dimulai dengan “saya tahu ini dan kamu tidak, maka saya beritahu kamu” tetapi sebaliknya kita harus mengawali dengan berpikir bahwa “aku tahu ini, kamu tahu lebih banyak, kalau aku salah maka benarkan”. Dengan demikian, kita berkesempatan berdiskusi dan mendapatkan lebih banyak ilmu. Kita menulis bukan untuk menjadi guru, tetapi menjadi murid.

Bagaimana rumus agar tulisan kita menarik?
1.     Miliki daya ketuk atau sentuh
Untuk memiliki daya ini maka sebuah karya harus ditulis dengan ikhlas. Seumpama susu yang keluar di antara darah dan kotoran2. Ia bergizi, bermanfaat, dan mudah dicerna. Dalam menulis harus dihilangkan segala kesombongan dengan merasa bahwa kita lebih tahu.
2.    Miliki daya isi
Maksudnya adalah berdasarkan sumber yang shahih. Hal ini dapat diperoleh dengan melakukan banyak pengayaan dan melihat bahan tulisan dari berbagai sudut pandang.
3.    Miliki daya memahamkan
Cara memberikan pemahaman yang baik adalah dengan memperbaiki bahasa. Sebagaimana Al-Qur’an yang diturunkan untuk memperbaiki dan membakukan tata bahasa Arab yang dahulunya memiliki aturan tata bahasa sesuai keinginan para penyair. Maka tulisan dapat dipahami dengan baik jika tata bahasanya diperhatikan.

Bagaimana jika banyak ide tetapi berloncatan dan bagaimana mengatasi kebosanan?
Maka untuk menghindari banyak keluar dari tema yang dituliskan, kita harus membuat kerangka. Hal ini membantu ketika bosan datang di tengah-tengah proses menulis. Dengan berpegang pada panduan kerangka, maka sah-sah saja jika kita tidak menulis secara berurutan dari bab 1 atau menuliskan bagian akhir terlebih dahulu agar rasa bosan bisa teratasi dan kita tetap menulis sesuai target.
Menulis juga bukanlah satu-satunya amalan yang bisa terus-menerus kita lakukan. Jika benar-benar merasakan bosan, maka bisa diselingi dengan melakukan kebaikan yang lain. Sehingga membantu kita segar kembali dan bisa menulis dengan lebih baik.

1. Diriwayatkan oleh Imam At-Tarmidzi Rasulullah saw bersabda, “Sungguh, yang pertama kali Allah ciptakan adalah qalam (pena). Dia berfirman kepada qalam, ‘Tulislah.’ Pena bertanya, ‘Apa yang akan saya tulis?’ Allah berfirman, “Tulislah takdir.’ Maka pada saat itulah qalam mencatat apa yang telah dan akan terjadi sampai selama-lamanya.” (HR. Tarmidzi, No. 3319).[1] Imam At-Tarmidzi berkata, hadis ini hasan sahih gharib. Hadis ini juga diriwayatkan oleh Abu Daud, No. 4700, dan Al-Baihaqi, No. 204. Juga diriwayatkan Imam Ahmad, dan At-Thabari dalam tafsirnya
2. Saya baru tahu maksud ungkapan ini. Dalam An-Nahl: 66 Allah berfirman, “Dan sesungguhnya pada binatang ternak itu benar-benar terdapat pelajaran bagi kamu. Kami memberimu minum dari pada apa yang berada dalam perutnya (berupa) susu yang bersih antara tahi dan darah, yang mudah ditelan bagi orang-orang yang meminumnya.” Salah satu hikmahnya adalah bahwa konsekuensi ikhlas yaitu seseorang bergerak sedemikain rupa di tengah masyarakat dan melewati faktor-faktor baik dan buruk yang ada dalam lingkungan, namun tidak terpengaruh oleh lingkungan.

No comments:

Post a Comment